Bukan Hanya Lucu, Komika Perempuan Asal Balikpapan Juga Kritis: Ardiana Kinan Contohnya

"Dosen pembimbingku minta bahas stand up comedy juga, jadi aku akhirnya analisis etika komunikasi Islam dalam stand up comedy di Samarinda," jelasnya.

Ia menyebut, teori-teori stand up comedy sempat cukup ia dalami. 

Tapi karena tidak diimbangi dengan praktik, penampilannya saat 2019 pun dirasa masih belum cukup kuat. 

"Ya, karena cuma teori tanpa praktik, jadi kurang maksimal. Bahkan bisa dibilang, waktu itu aku belum terlalu lucu. Praktiknya masih sering ngebom. Tapi dari situ belajar banyak," kenangnya.

Istilah "ngebom" dalam dunia stand-up merujuk pada momen ketika penampilan tidak lucu dan tidak mendapat respons dari penonton. 

Kinan mengalaminya berkali-kali, dan menyadari itu bagian dari proses. 

Salah satu seniornya di komunitas bahkan pernah bilang bahwa ngebom itu makanan harian komika.

Pada 2022 menjadi titik balik. Kinan bergabung resmi dengan komunitas Stand Up Indo Balikpapan, tempat ia mulai serius menekuni teknik menulis materi, membangun delivery, serta memahami dinamika penonton. 

Dunia stand-up, katanya, bukan ruang yang nyaman bagi pemula.

"Pernah banget dibully. Bukan karena perempuan, tapi karena masih baru dan belum lucu," ucapnya.

 Kritik datang dari senior, dari rekan sesama komika, dan dari penonton. Namun semua itu ia anggap sebagai proses pembelajaran. 

BACA JUGA: Hadapi Cuaca Ekstrem, Ini Suplemen dan Vaksin untuk Ibu Hamil Agar Tetap Fit

"Kalau mau jadi opener, harus kuat dulu," begitu nasihat yang pernah ia dengar.

Saat di dalam komunitas, ia merasa diterima. Tidak ada diskriminasi gender. 

Justru kehadirannya sebagai komika perempuan mendapatkan dukungan, sebab perempuan masih jadi minoritas di dunia stand-up, baik di Balikpapan maupun di panggung nasional seperti SUCI (Stand Up Comedy Indonesia) atau SUCA (Stand Up Comedy Academy).

Sumber: