Cuaca Ekstrem Pengaruhi Pasokan Komoditas, Picu Inflasi Balikpapan-PPU September 2024
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Balikpapan, Robi Ariadi-Salsa/ Nomorsatukaltim-
BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Cuaca ekstrem yang melanda Kalimantan Timur (Kaltim) dalam beberapa pekan terakhir mulai menimbulkan efek lanjutan terhadap kestabilan harga kebutuhan pokok.
Dua wilayah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), yakni Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), sama-sama mencatat inflasi pada September 2024.
Fenomena tersebut memberi pelajaran penting tentang rentannya pasokan komoditas lokal terhadap faktor cuaca.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi bulanan (month to month/mtm) Kota Balikpapan tercatat sebesar 0,10 persen. Kenaikan ini mengakhiri tren deflasi selama dua bulan berturut-turut yang sebelumnya terjadi.
BACA JUGA: Pemerintah Pusat dan Daerah Sinergi Kendalikan Inflasi Pangan Juni 2025
Secara tahunan (year on year/yoy), tingkat inflasi Balikpapan mencapai 2,31 persen, sedikit lebih tinggi dari angka nasional yang sebesar 1,84 persen maupun gabungan empat kota di Kalimantan Timur (2,16 persen).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Balikpapan, Robi Ariadi menjelaskan, bahwa kenaikan harga terutama dipicu oleh berkurangnya pasokan sejumlah komoditas hortikultura dan hasil laut akibat kondisi cuaca.
"Kangkung, bayam, sawi hijau, udang basah, dan ikan layang menjadi penyumbang inflasi utama. Pasokan menurun karena hujan lebat menyebabkan gagal panen dan distribusi tersendat. Cuaca buruk juga membatasi aktivitas nelayan," ungkap Robi dalam konferensi pers, pada Rabu, 18 Juni 2025.
Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten PPU, yang mencatat inflasi sebesar 0,23 persen (mtm) setelah sebelumnya mengalami deflasi selama tiga bulan berturut-turut sejak Juni 2024.
BACA JUGA: Kota Balikpapan Perlu Miliki Pasar Distribusi untuk Menjaga Stabilitas Harga Bahan Pokok
Tingkat inflasi tahunan di PPU tercatat 1,73 persen, atau masih di bawah rata-rata nasional. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi di wilayah itu.
Lima komoditas yang paling berkontribusi terhadap lonjakan harga di wilayah ini adalah ikan layang, kacang panjang, bayam, jagung manis, dan jeruk.
Faktor cuaca pun kembali menjadi pemicu utama turunnya pasokan, diikuti oleh kenaikan harga dari distributor.
Sementara itu, tekanan inflasi di kedua daerah tersebut sedikit tertahan oleh turunnya harga beberapa komoditas, seperti cabai rawit, daging ayam ras, bensin, angkutan udara, dan bahan bakar rumah tangga.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
