Wali Kota Neni Moerniaeni Sebut Krisis Air Tanah Ancam Bontang
Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni.-(Disway Kaltim/ Michael)-
BONTANG, NOMORSATUKALTIM - Bahan baku air bersih di Kota Taman selama ini berasal dari air dalam tanah. Beberapa waktu terakhir, pemerintah mulai melirik untuk membuat penampungan air atau waduk. Tidak hanya sebagai salah satu cara pengendalian banjir.
Juga untuk sumber bahan baku air bersih di Bontang. Tetapi, ada tujuan besar dibalik rencana tersebut. Ternyata, ketersediaan bahan baku air di bawah tanah di kota itu mulai menipis. Sudah tidak bisa lagi mencukupi kebutuhan air masyarakat Bontang.
Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni mengatakan, sejumlah sumur dalam yang selama ini memasok bahan baku air bersih, sudah menunjukkan penurunan debit. Itu baginya sangat mengkhawatirkan. Tidak bisa lagi dibiarkan.
“Beberapa sumur di Kota Bontang itu sudah krisis. Sudah nggak bisa disedot lagi. Termasuk di Bontang Lestari. Air masih ada, tetapi debitnya terus berkurang,” kata Neni, Sabtu 6 Desember 2025.
BACA JUGA: Ketua PGRI Bontang Sebut PPG Jadi Biang Krisis Guru: Saatnya Dibuka untuk Umum
Menurutnya, kondisi ini terjadi karena Bontang tidak memiliki sumber air permukaan. Seperti sungai besar atau danau. Alhasil, hampir seluruh kebutuhan air rumah tangga dan industri bergantung pada sumur dalam (deep well).
Ketika kebutuhan meningkat, maka beban terbesar justru ditanggung oleh cadangan air tanah yang kian menipis.
“Jika eksploitasi itu berlanjut tanpa upaya konservasi, Bontang terancam mengalami intrusi air laut. Atau fenomena ketika air asin dari laut merembes masuk ke lapisan air tanah. Jika ini terjadi, maka kualitas air akan menurun drastis. Tidak lagi layak konsumsi,” terangnya.
Karena itu, Neni minta masyarakat dan industri lebih bijak menggunakan air. Sembari pemerintah mempercepat langkah konservasi dan mencari alternatif sumber air bersih. “Kita harus menjaga lingkungan kita. Kalau tidak, nanti justru kita sendiri yang kesulitan,” kata Neni mengingatkan.
BACA JUGA: Satresnarkoba Polres Bontang Amankan 2,1 Kilogram Sabu Sepanjang Januari-November 2025
Krisis air tanah ini menjadi sinyal bagi semua pihak: bahwa pengelolaan air tidak sekadar soal menyediakan pasokan. Tetapi juga tentang melindungi masa depan kota dan generasi mendatang. (*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
