Angkat Isu Pemerasan, Siswa SMP di Balikpapan Menangkan Lomba Video Kampanye Antikorupsi
Siswa SMPN 4 Balikpapan juara 1 lomba video kampanye anti korupsi kategori umum yang digelar oleh Inspektorat Balikpapan.-(Disway Kaltim/ Salsa)-
BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Perwakilan siswa SMP Negeri 4 Balikpapan berhasil meraih juara pertama lomba video kampanye antikorupsi kategori masyarakat umum, yang digelar oleh Inspektorat Balikpapan.
Karya mereka mengangkat isu pemerasan, yang menurut mereka masih terjadi di lingkungan sekolah maupun kantor dan perlu terus disuarakan melalui edukasi kepada generasi muda.
Para pemenang tersebut bernama Alvita Prelia, Nuraini Zafira, Hapni, dan Robiyatul Adawiyyah, siswa gabungan kelas 7 dan kelas 9 tersebut.
Mereka mengikuti lomba ini secara berkelompok dan berhasil lolos seleksi hingga meraih peringkat tertinggi pada kategori yang diikuti.
BACA JUGA: Pemkot Balikpapan Luncurkan Modul Pendidikan Anti Korupsi untuk 24 Sekolah SD/SMP
Alvita mengatakan bahwa persiapan pengerjaan video dilakukan dalam waktu relatif singkat. Proses produksi hanya memerlukan waktu 2 hari.
"Dua hari prosesnya," kata Alvita saat diwawancara NOMORSATUKALTIM, pada kegiatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) 2025, di Aula Balai Kota.
Ia menyebut bahwa mereka berbagi tugas dalam penulisan konsep, penyusunan adegan, dan produksi visual.
Proses produksi video didukung oleh pihak sekolah melalui penyediaan peralatan dan kebutuhan dasar selama pembuatan.
BACA JUGA: Polda Kaltim Tetapkan 3 Tersangka Korupsi Mesin RPU Senilai Rp10,8 Miliar di Kutai Timur
"Sekolah support kamera dan kita juga diberikan konsumsi tiap bikin video," sambung salah satu anggota tim.
Meski waktu produksi singkat, mereka menilai proses tersebut berjalan efektif karena semua anggota kelompok fokus pada satu isu yang dianggap penting untuk disampaikan.
Dalam video yang mereka buat, keempat siswa tersebut menampilkan contoh praktik pemerasan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menyampaikan terkait isu pemerasan sering kali tidak tampak secara langsung, namun tetap berlangsung di berbagai lingkungan.
"Misalnya untuk kita mendapatkan nilai bagus, guru masih meminta uang sejumlah yang sudah diberikan. Terus ada juga seperti harus membayar uang untuk kita bisa lulus ke sekolah tersebut," ungkap Alvita memberikan contoh praktik pemerasan di dalam video.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
