Bobot Prestasi dan Domisili Diperiksa Langsung Demi Kepastian Data SMPB Tingkat SMP di Balikpapan
Sekretaris Disdikbud Balikpapan, Ganung Pratikno-Salsa/ Nomorsatukaltim-
"Kalau tidak dilakukan manual, siapa saja bisa unggah dokumen tanpa verifikasi. Itu berisiko memunculkan data yang tidak valid," jelasnya.
Salah satu kasus yang kerap ditemui yaitu peserta yang membawa banyak sertifikat prestasi dan mengira semuanya akan dihitung. Sementara, hanya satu nilai tertinggi yang diambil sebagai penentu bobot.
BACA JUGA: Realisasi APBD 2024 Balikpapan 86,72 Persen, SILPA Capai Rp 614 Miliar
BACA JUGA: Balikpapan Belum Terapkan WFA, Tunggu Aturan Resmi Pemerintah Pusat
"Kadang ada yang heran, kok cuma satu yang dihitung? Padahal aturannya memang begitu. Kecuali jika prestasinya berbeda jenis, misalnya akademik dan non-akademik," tutur Ganung kepada Nomorsatukaltim.
Disdikbud juga membuka peluang peralihan jalur masuk apabila peserta tidak memenuhi kriteria jalur prestasi. Beberapa kasus menunjukkan peserta yang awalnya mendaftar jalur prestasi, kemudian dialihkan ke jalur zonasi atau afirmasi setelah dilakukan verifikasi.
"Kami tidak menutup kemungkinan pindah jalur, asalkan sesuai dengan fakta sosial dan ketentuan yang berlaku," imbuhnya.
Dalam hal zonasi, ia menegaskan bahwa tidak ada perlakuan istimewa berdasarkan status sekolah favorit.
BACA JUGA: Menepis Persepsi Miring, Pengelola Pantai Manggar Beberkan Fakta Retribusi dan Layanan
BACA JUGA: DPRD Dorong Evaluasi Retribusi Parkir Balikpapan, Soroti Potensi Beban Warga dan Kebocoran Setoran
Baginya pada setiap sekolah memiliki ketetapan jarak domisili yang sama, berdasarkan radius terdekat dan dampak lingkungan sekitar.
"SMP 1, 3, 5 atau yang lain semua punya debit masing-masing. Tidak ada sekolah yang diprioritaskan. Yang dilihat adalah siapa yang benar-benar tinggal di dekat sekolah tersebut," sebutnya.
Ia juga mengingatkan, bahwa status afirmasi tidak bisa dipakai secara permanen, karena kondisi sosial masyarakat bersifat dinamis.
"Ada yang merasa masih berhak sebagai kelompok afirmasi karena memegang kartu lama. Padahal, kondisi sosialnya sudah berubah. Tahun lalu mungkin masuk kategori, tapi tahun ini belum tentu," beber Ganung.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
