Diduga Polisi

Kamis 09-07-2020,10:51 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

Penambahan tiga kasus positif dari transmisi lokal di Bumi Batiwakkal, Rabu (8/7), menarik perhatian Ketua Komisi I DPRD Berau Feri Kombong.

Dia mengatakan, tugas Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 kian berat.

Pasalnya, keadaan yang berbeda dengan penanganan kasus positif COVID-19 sebelumnya, seperti klaster Ijtima Ulama di Gowa dan pelaku perjalanan. Kini, kata dia, yang dihadapi penularan dalam daerah.

“Berarti banyak OTG (orang tanpa gejala) yang berkeliaran saat ini, baik yang pernah kontak langsung dengan pasien-pasien sebelumnya, atau setelah melakukan perjalanan ke luar daerah,” ucapnya kepada Disway Berau, Rabu (8/7) kemarin.

Lanjut politisi Partai Gerindra ini, seperti tiga orang yang dinyatakan positif adalah EAS (22) Berau 46, FCS (18) Berau 47 dan SCS (9) Berau 48 yang merupakan anak atau kontak erat dengan JS atau Berau 45. Tanpa disadari, JS dan keluarga juga telah melakukan kontak langsung dengan lingkungan tempat tinggalnya.

Selain itu, berdasarkan informasi yang diterima, JS bekerja di sebuah lembaga yudikatif di Kabupaten Berau. Sebagai pelayan publik, JS tidak hanya berinteraksi dengan rekan kerja, namun juga masyarakat.

Sehingga, Feri meminta Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 secepatnya melakukan tracking pasien transmisi lokal. Jika terlambat, penyebaran bencana non alam ini tidak akan terkendali.

“Karena pasien dan keluarganya sudah banyak melakukan interaksi dengan masyarakat, baik di lingkungan rumahnya maupun tempat kerja,” terangnya.

Selain itu, Feri menekankan untuk transparansi dalam penyampaian perkembangan kasus COVID-19 di kabupaten paling utara Kaltim.

Keterbukaan informasi publik dengan baik dan benar, bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyebaran virus yang merebak dari Wuhan, Tiongkok.

Jika benar JS bekerja di lembaga yudikatif, gugus tugas COVID-19 harus melakukan tindakan dengan melakukan penutupan sementara pelayanan dan mensterilkan areal kerja/kantor.

“Yang boleh disembunyikan itu privasi pasien. Kalau tempat kerja saya rasa tidak masalah, apa bedanya dengan karyawan BUMA. Jangan sampai masyarakat berpikir adanya pembohongan publik oleh gugus tugas,” sebutnya.

“Tertutupnnya informasi, justru memperparah suasana. Hilangnya kewaspadaan masyarakat yang jadi salah satu indikator percepatan penyebaran COVID-19,” tandasnya. *

Tags :
Kategori :

Terkait