Kebutuhan Pangan Meningkat, Kaltim Krisis Petani Lokal

Senin 05-08-2019,17:47 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kaltim, Ibrahim. (michael/disway)

Samarinda, DiswayKaltim.com -

Pemindahan ibu kota ke Bumi Etam bakal berimbas pada ketersediaan pangan yang diprediksi meningkat hingga 20 persen. Kaltim pun akan lebih gencar mengimpor bahan pangan dibandingkan memproduksi mandiri.

Hal demikian disampaikan Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim, Ibrahim. “Kalau seandainya ibu kota negara dipindah ke Kaltim, pasti kita akan menambah kesediaan pangan kita,” kata Ibrahim kepada DiswayKaltim di ruang kerjanya Jalan Basuki Rahmat, Senin (5/8/2019). Karena itu pihaknya pun mulai sibuk mengantisipasi hal demikian. Pihaknya memprediksi kenaikan kebutuhan pangan antara 15 hingga 20 persen.

Ditambahkannya saat ini kesediaan pangan seperti cabai, bawang dan beras di Kaltim masih di impor dari provinsi lain. Khusus untuk konsumsi beras di Benua Etam mengalami penurunan, dari semula 113 kilogram per kapita per tahun menjadi 90 kilogram per kapita per tahun. “Menurut konsumsi, di Kaltim saat ini tidak hanya makan beras saja, melainkan jagung dan lainnya. Tapi yang jelas, ketahanan pangan yang terpenting bukan hanya kita sendiri yang memproduksi tapi cukup untuk dikonsumsi oleh manusia,” terangnya.

Sekarang, hanya jagung yang tidak lagi impor. Bahkan kelebihan 90 ribu ton. Produksi jagung paling banyak saat ini yaitu di Berau. “Untuk jagung, kita kan tidak lagi impor. Bahkan kita kelebihan hampir 90 ribu ton,” bebernya. Menurutnya, kendala terbesar di Kaltim sekarang yaitu kurangnya petani dan lahan pertanian yang semakin berkurang karena banyaknya pertambangan batu bara dan perkebunan sawit. “Petani sekarang banyak yang sudah tua, anak muda jarang yang mau jadi petani. Selain itu, lahan pertanian juga saat ini semakin berkurang. Ada sih lahan kosong, tapi tidak mau dijadikan lahan pertanian oleh pemilik,” tutupnya. (mic/boy)

Tags :
Kategori :

Terkait