SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Sebuah penelitian terbaru memunculkan kekhawatiran besar setelah menemukan mikroplastik di dalam tubuh manusia, termasuk pada cairan amnion dan urin ibu hamil.
Temuan ini menunjukkan bahwa paparan mikroplastik kini telah mencapai tahap yang lebih serius, bahkan menyentuh fase paling awal kehidupan manusia.
dr Ganot Sumulyo, SpOG, dosen Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran IPB University, menanggapi hasil penelitian tersebut dengan menegaskan bahwa mikroplastik memiliki beberapa jalur masuk ke tubuh ibu hamil.
Ia menjelaskan, mikroplastik dapat terhirup melalui udara yang mengandung debu dan serat plastik, terutama di wilayah perkotaan dan ruang tertutup.
BACA JUGA:Doyan Ngopi? Jangan Berlebihan! Ini Batas Aman Harian Menurut Ahli Gizi Agar Tetap Sehat
Partikel berukuran sangat kecil itu berpotensi masuk ke alveolus dan kemudian ke aliran darah.
Selain melalui udara, mikroplastik juga masuk lewat konsumsi makanan dan minuman.
Air kemasan, makanan laut, hingga pangan yang dikemas atau dipanaskan dalam plastik menjadi sumber paparan terbesar.
Partikel nanoplastik dapat menembus lapisan usus dan masuk ke sistem peredaran darah. Jalur ketiga adalah penyerapan melalui kulit, meski kontribusinya dinilai paling kecil.
dr Ganot menyebut bahwa meski plasenta berfungsi melindungi janin, sejumlah penelitian internasional telah menunjukkan bahwa partikel berukuran nano mampu menembus lapisan pelindung tersebut.
BACA JUGA:Perda Lama Dinilai Tak Lagi Efektif Tekan Krisis Lingkungan, DPRD Kaltim Matangkan Regulasi Baru
Mikroplastik bahkan ditemukan pada plasenta manusia, mekonium, serta jaringan janin, menandakan adanya potensi paparan sejak dalam kandungan.
Ia menjelaskan lebih jauh bahwa paparan mikroplastik dapat memicu peradangan, stres oksidatif, dan gangguan fungsi plasenta.
Pada studi hewan, paparan mikroplastik dikaitkan dengan penurunan berat lahir, keterlambatan perkembangan, hingga perubahan struktur organ.
Selain partikel plastik itu sendiri, bahan kimia seperti phthalates dan BPA (Bisphenol A) turut berperan dalam mengganggu keseimbangan hormon pertumbuhan dan reproduksi.