Yakni SMPN 48, yang berada di kawasan Jalan Proklamasi, satu kompleks dengan dua SD.
“Di sana ada tiga sekolah dalam satu kawasan, siswanya sudah sangat banyak. Kemarin diputuskan SMP-nya yang akan kita relokasi,” kata Andi.
Relokasi dilakukan bukan karena kondisi lingkungan, tetapi kapasitas siswa yang berlebihan.
Pemerintah masih mencari lokasi yang ideal setelah dua lahan milik Pemkot dinilai tidak memadai tanah di Perumahan Borneo terlalu kecil.
Sementara lokasi dekat kompleks pemakaman Tionghoa berpotensi longsor.
BACA JUGA:Dianggap Meresahkan, Jukir Liar Viral di Jembatan Mahkota II Diciduk Dishub Samarinda
Sementara itu Kadisdikbud Samarinda, Asli Nuryadin, menyebut salah satu alternatif lahan berada di Gang Menanti.
Namun lahan tersebut merupakan milik warga dan harus dibebaskan.
“Lokasinya bagus, luasnya sekitar setengah hektare, tapi harus diganti rugi. Tim aset sedang menelusuri itu,” katanya.
Saat ini sekolah tersebut menampung 1.500 siswa hingga harus menjalankan sistem double shift.
Terkait pembiayaan, Pemkot saat ini mengusulkan dana revitalisasi sekolah ke pemerintah pusat sebesar Rp129 miliar. Usulan dimasukkan melalui aplikasi sistem kementerian.
BACA JUGA:Pria 20 Tahun Tenggelam di Samarinda Seberang Ditemukan Meninggal
“Ini di luar APBD. Karena anggaran kita sedang terkoreksi, kita berusaha mendapatkan dukungan dari luar,” ujar Andi Harun.
Tahun sebelumnya, ia menyebut Samarinda memperoleh Rp 18 miliar dana bantuan dari pusat.
Asli menegaskan bahwa kebijakan relokasi sekolah tidak boleh tergesa-gesa. Harus mempertimbangkan akses siswa, keselamatan bangunan, serta efisiensi anggaran.
“Memindahkan sekolah itu bukan perkara mudah. Lokasi, jarak, kondisi murid, semua harus dikaji. Kalau bisa diperbaiki tanpa pindah, itu jauh lebih efisien,” ujarnya.