“Kondisi pendidikan di sini (perbatasan Mahulu, red) sangat jauh dari apa yang diharapkan. Kita kan berpikir bahwa sumber daya manusia itu perlu ditingkatkan, salah satu caranya melalui pendidikan, tapi bagaimana hal ini bisa tercapai kalau pendidikan saja tidak memenuhi syarat Gurunya mungkin tidak punya keahlian untuk mengajar, apalagi banyak keterbatasan fasilitas,” tuturnya.
Warga Butuh Jalan, Bukan Bantuan Sembako
Distribusi bantuan sembako yang disalurkan pemerintah selama masa krisis pangan di wilayah perbatasan dinilai bukan menjadi solusi yang tepat.
Warga Kampung Long Apari, Veronica Dau mengatakan bahwa sebenarnya masyarakat perbatasan hanya butuh jalan darat yang memadai.
Warga perbatasan tidak minta macam-macam, apalagi minta sembako.
Menurutnya, hanya dengan ketersediaan akses jalan darat, maka keterisolasian yang ada bisa diatasi, termasuk bisa menekan harga bahan kebutuhan pokok.
Pada momen usia kemerdekaan Indonesia yang ke-80 tahun ini, warga di perbatasan Mahulu menaruh harapan besar kepada pemerintah untuk mendengarkan jeritan hati mereka.
BACA JUGA : Sekolah Rakyat Samarinda Fokus Mapping Bakat Siswa Lewat Tes Talent DNA
“Sebenarnya masyarakat tidak terlalu membutuhkan bantuan, yang kami butuh itu jalan. Kalau jalannya lancar otomatis semuanya lancar, kan selama ini kita cuma lewat air. Kalau musim kemarau nggak bisa jalan, banjir juga nggak bisa jalan. Satu-satunya harapan kami agar pemerintah buatkan jalan. kami nggak minta macam-macam, satu saja buatkan jalan,” tegasnya.
Berdasarkan pantauan Nomorsatukaltim di lapangan, akses menuju wilayah perbatasan Mahulu memang sangat sulit.
Biaya transportasi sungai hingga harga barang kebutuhan pokok semua serba mahal.