BACA JUGA: Rekonstruksi Dugaan Pembunuhan di Kafe Balikapan Utara, Keluarga Korban Histeris
Keluarga juga membantah sejumlah kabar simpang siur yang menyebut WD sering melakukan kekerasan.
Menurut NA, luka yang sempat terlihat di tubuh anak bukan akibat kekerasan rumah tangga, melainkan luka lama karena terjatuh dari sepeda.
"Yang luka itu luka lama, karena jatuh dari sepeda. Bukan karena kekerasan. Anak-anak ini enggak pernah rewel. Pintar. Kalau habis makan ya tidur. Jadi kami yakin bukan karena anak-anaknya rewel," tegasnya.
Ia menduga bahwa WD mengalami tekanan mental yang berat, hingga pada akhirnya mengambil keputusan fatal.
"Mungkin dia udah enggak sanggup. Mau bunuh diri juga. Tapi karena ketahuan nenek, dia panik. Tapi semua itu kami hanya bisa menduga. Yang tahu isi kepala dia, cuma dia sendiri," katanya.
Kini, dua anak tersebut sudah dimakamkan di Samarinda pada Minggu 27 Juli kemarin.
Keluarga yang masih dalam suasana duka dan berupaya menerima kenyataan pahit ini kehilangan cucu pertama di keluarga ini.
"Sudah takdir. Enggak bisa dikembalikan. Kami kehilangan, tapi ya kami enggak bisa marah juga. Mau teriak-teriak pun enggak akan mengubah. Semoga dia bisa sadar, bisa belajar dari kesalahan. Kami hanya bisa berdoa dan memaafkan," beber NA.
Keluarga juga menyampaikan terima kasih kepada para tetangga dan pihak yang telah membantu, serta berharap tidak ada informasi palsu yang berkembang di masyarakat.
"Banyak kabar bohong. Katanya dia tukang ojek online, padahal enggak. Katanya sering ribut, padahal enggak juga. Masyarakat kadang menambah-nambahi," ujarnya.
Sementara itu, Salah satu warga yang tinggal di sebelah rumah korban, mengaku tidak mendengar suara ribut atau teriakan dari dalam rumah.
Ia baru mengetahui kejadian saat mendengar suara tangisan dan kehebohan dari depan rumah WD.
BACA JUGA: DPRD Samarinda Soroti Lambannya Penanganan Kasus Dugaan Penganiayaan Balita oleh Yayasan Sosial