Paslon Masih Saling Intip Kartu

Rabu 08-01-2020,22:44 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Toni Nurhadi Kumayza. (ist) === KUKAR, DISWAY KALTIM – Tensi politik pada pilkada Kukar kali ini masih senyap. Para calon yang ingin bertarung tak satu menunjukkan geregetnya. Semua masih berlomba-lomba mencari perahu politik untuk bisa berlaga. Bahkan Golkar dan sejumlah partai besar lainnya belum berani menunjukkan siapa jagoannya. Hanya Edi Damansyah yang gagah perkasa menunjukkan tajinya maju sebagai petahana. Meski hingga saat ini belum diketahui siapa pasangannya. Pengamat politik Toni Nurhadi Kumayza menilai, mesin parpol Kukar masih terbiasa bergerak jika sudah ada ongkos politik. “Karekteristik pemilih di Kukar sangat pragmatis. Oleh karena itu, orang kuat di Kukar harus berkaca pada pengalaman pilkada sebelumnya. Karena tokoh yang populer harus memiliki finansial dan jaringan parpol ke pusat setelah Rita tidak ada,” kata Toni kepada Disway beberapa waktu lalu. Apalagi, kekuatan finansial Kukar hanya dari APBD dan belanja birokrasi. Sehingga hal itu sangat memberikan keuntungan bagi calon yang punya akses ke APBD. “Petahana sangat diuntungkan. Tapi sayangnya yang berkuasa sekarang adalah birokrat, bukan orang parpol. Jadi harus menjajaki parpol sebagai perahu politik,” terang Dosen Fisipol Unikarta ini. Dengan terputusnya kekuatan parpol dan birokrasi (akses APBD, red), membuat pilkada mendatang berbeda dari sebelumnya. Sehingga semua calon terlihat masih tawar-menawar peluang. “Akibatnya, barangnya enggak jadi-jadi sampai sekarang,” paparnya. Kata Toni, para calon harus bisa mendapatkan restu dari parpol di pusat. Terlebih kepentingan pusat lewat bisnis sumber daya alam (SDA) di Kukar masih masif. “Saya sering katakan pertarungan pilkada itu bukan hanya ketika hari-H pemilihan. Tetapi juga ketika meminta dukungan parpol pusat serta koalisi dan itu tidak gratis. Apabila itu tidak dilakukan, bisa menyingkirkan tiket calon kuat untuk maju Pilkada,” tuturnya. Artinya kekuatan modal lebih utama daripada hanya nama besar. Sayangnya ungkap Toni, kedua kekuatan itu tidak ada dalam genggaman salah satu kandidat yang muncul. Padahal jaringan birokrasi dan parpol merupakan kunci kesuksesan di pilkada Kukar tahun ini. “Yang ada hanya saling intip kartu. Yang disayangkan adalah di mana letak aspirasi rakyatnya?” cetusnya. “Pada akhirnya rakyat hanya jadi penggembira pesta demokrasi,” lanjut lelaki yang sedang menempuh program doktoral ilmu administrasi publik di Universitas Gajah Mada (UGM) di Jogyakarta ini. (byu/hdd)

Tags :
Kategori :

Terkait