Ahok Dianugrahi Nama Asang Lalung oleh Masyarakat Dayak

Sabtu 13-07-2019,15:37 WIB
Reporter : Devi Alamsyah
Editor : Devi Alamsyah

Ahok dan Istrinya saat dianugrahi nama Suku Dayak. Dengan begitu, masuk menjadi keluarga besar warga Dayak.   

Pilih Mendekam di Mako Brimob ketimbang Jadi Gubernur

Samarinda, DiswayKaltim.com - Suku Dayak Kalimantan Timur (Kaltim) memberikan nama adat dan mengangkat Basuki Tjahaja Purnama (BTP) beserta beserta istrinya, Puput Nastiti Devi, sebagai keluarga besar Dayak Kaltim.

Ketua Lembaga Dayak Kenya Kaltim, Ajang Kedung mengatakan, pemberian nama kehormatan bagi masyarakat Dayak Kaltim bukanlah sesuatu yang gampang. Hingga saat ini, hanya ada lima tokoh di Indonesia yang beruntung mendapatkan nama adat dari suku Dayak Kaltim.

“Pemberian nama ini tidak sembarangan. Ahok (panggilan akrabnya) merupakan orang kelima yang kami berikan nama adat dan kami angkat menjadi keluarga besar kami di suku Dayak,” jelasnya.

Nama adat yang diberikan kepada Ahok, yaitu Asang Lalung. Asang memiliki arti tokoh muda, teguh, perkasa dan berani. Sedangkan Lalung berarti pengayoman, pengabdian, serta ikhlas dalam melakukan perjuangan bagi masyarakat banyak.

Sementara itu, Puput Nastiti Devi diberikan nama Idang Bulan yang berarti cahaya purnama. Dari nama tersebut, harapan besar diberikan masyarakat Dayak Kaltim agar Puput dapat menjadi terang dalam kegelapan serta menjadi penguat dalam doa agar Tuhan selalu menyertai Asang Lalung (Ahok) menjadi pemimpin yang lebih besar ke depan.

“Dalam nama yang kami berikan ini, terkandung sudah cita-cita dan harapan kami masyarakat Dayak Kaltim untuk Ahok. Selain itu, dengan pemberian nama tersebut, kami menganggap Ahok bukan lagi berbicara sebagai masyarakat lain. Melainkan sebagai masyarakat Dayak,” terangnya.

Usai pemberian nama adat kehormatan tersebut, dilanjutkan dengan dialog Ahok dengan masyarakat Suku Dayak Kaltim yang hadir dari berbagai daerah di Benua Etam. Dalam dialog tersebut, Ahok membagikan cerita kepada masyarakat Suku Dayak saat dia menempuh pendidikan di Markas Komando (Mako) Brimob. Serta potensi pengembangan ekonomi di Benua Etam.

“Kalau saya disuruh pilih, mau jadi Gubernur lagi atau tetap berada di Mako Brimob, saya lebih memilih berada di Mako Brimob. Pasalnya, kalau menjadi Gubernur, saya hanya bisa menjadi pemimpin daerah lima tahun saja. Tapi kalau di Mako Brimob, saya bisa menjadi pemimpin buat diri saya sendiri,” terangnya. (mic/dah)

Tags :
Kategori :

Terkait