Otobahn Rempang

Rabu 02-08-2023,08:09 WIB
Reporter : Devi Alamsyah
Editor : Devi Alamsyah

Sukses hilirisasi nikel kelihatannya menjadi pendorong semangat Presiden Jokowi untuk menghilirkan yang lain. Freeport sedang menyelesaikan proyek hilirisasi tambang tembaga Papuanya di Gresik. Di kawasan industri JIIPE.  Sebentar lagi selesai: tahun depan.

Bauksit juga lagi gencar-gencarnya dibangun di Kalbar. Banyak sekali. Hilirisasi bauksit pun akan jadi kenyataan.

Dan kini pasir kuarsa.

Dipilihnya Pulau Rempang tentu banyak pertimbangan. Rempang tidak jauh dari bahan baku kaca. Pulau Dabo dan Singkep adalah penghasil pasir kuarsa yang besar. Sampai 30 tahun pun belum akan habis. Apalagi kalau kuarsa dari Kaltim dan Kalteng juga dikirim ke Rempang.

Di Kaltim lahan kuarsa itu sudah dikuasai PT Hanasta Karya Silika. Lokasinya di Anggana, Kutai Kartanegara. Itu hanya sepelemparan batu dari kampung istri saya. Atau hanya 40 km dari IKN, kalau ditarik garis lurus.

Saya pun menelusuri siapa pemilik Hanasta Karya. Ternyata pengusaha Samarinda. Tapi aneh, saya tidak kenal mereka: Ary Setyobudi, Yudhi Arief Halim, dan enam orang kongsinya. Mungkin mereka generasi baru pengusaha Samarinda.

"Di bawah lapisan pasir kuarsa itu ada batu baranya," ujar sahabat Disway di sana. Nikmat apa lagi yang masih akan mereka dustakan.

Pulau Dabo, Singkepm dan sekitarnya tentu akan mendadak penting. Dari pulau-pulau nelayan ke penghasil bahan baku kaca.

Dari kawasan Dabo-Singkep hanya perlu waktu satu malam untuk ke Rempang. Pakai tongkang. Saya pernah ke Dabo hanya 4 jam dari Batam. Pakai speed boat.

Pertimbangan lain untuk memilih Rempang mungkin juga ini: pulau itu dikuasai satu grup perusahaan. Tidak ruwet pengadaan tanahnya. Milik Tomy Winata.

Maka Tomy-lah yang kemungkinan besar tokoh yang di balik keberhasilan meyakinkan investor besar untuk investasi di Rempang.

Untung sekali pulau itu belum dikapling kapling untuk banyak pabrik seperti di Batamindo. Dengan demikian ketika ada investor raksasa yang memerlukan tanah 100.000 hektare pun masih bisa didapat.

Menteri Investasi/Kepal BKPM Bahlil Lahadalia bangga sekali ketika mengumumkan rencana investasi gajah dari Chengdu ini. Itulah investasi yang diperoleh dari kunjungan Presiden Jokowi ke Chengdu. Di kota terbesar di provinsi Sichuan itu Jokowi bertemu akrab dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Bahkan sempat bicara soal kesukaan mereka pada durian. Jokowi dikutip sempat mengatakan ''mengapa tidak sekalian saja menanam durian besar-besaran di Indonesia''.

Tentu Jokowi juga menawarkan proyek IKN. Setahun lagi IKN harus diresmikan. Harus jadi. Investor terus dicari.

Yang didapat proyek kaca. Untuk satu proyek kaca ini saja investasinya sampai hampir Rp 380 triliun. Yang akan menyerap tenaga kerja sampai 20.000 orang. Dan yang penting Indonesia kembali berhasil mengolah hasil bumi tambangnya di dalam negeri.

Era ekspor serba bahan mentah akan berakhir. Sebelum masa jabatan Jokowi berakhir. (Dahlan Iskan)

Tags :
Kategori :

Terkait