Ekspor Pisang Kepok Tahun Ini Hasilkan Rp 12,5 Miliar  

Senin 27-12-2021,10:17 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Kutai Timur, nomorsatukaltim.com - Tidak hanya menaruh harapan pada pertambangan saja. Kabupaten Kutai Timur punya sektor andalan lain. Salah satunya potensi pisang kepok krecek yang sudah punya pasar ekspor. Gerbong ekspor pisang kepok di Kutai Timur dikomandoi Koperasi Taruna Bina Mandiri. Ketua Koperasi Taruna Bina Mandiri, Priyanto mengatakan, dalam satu bulan mereka mampu mengekspor hingga 100 ton pisang kapok krecek, untuk satu pembeli. Saat ini pasarnya sudah merambah dua negara tetangga, Malaysia dan Taiwan. Lainnya dari Pakistan hingga Kanada. Hal ini menandakan pisang kepok cukup diminati pasar global. Dan mungkin saja, bakal ada negara-negara lain yang menyusul. Karena disebut Priyanto, pisang kepok memiliki paket lengkap yang diinginkan oleh buyer. Di antaranya menyukai kuantitas, kualitas dan rasa yang dimiliki lebih baik dibandingkan pisang lainnya. Meski sudah memulai ekspor dua tahun belakangan ini. Diakui Priyanto, potensi ini masih perlu uluran tangan dan dukungan dari pemerintah. Khususnya Pemkab Kutim dan Pemprov Kaltim. Seperti bantuan bibit pisang hingga pelatihan penanganan penyakit pada pisang kepok. Terlebih produksi pisang kepok di Kutim cukup besar. Menggunakan lahan produktif mencapai 1.270 hektare lahan perkebunan. Dengan produksi mencapai 900 ton. Yang dihasilkan dari 4 kecamatan, yakni Kecamatan Kaliorang, Kecamatan Kaubun, Kecamatan Sangkulirang dan Kecamatan Karangan. Untuk pasar lokal sendiri, permintaan cukup besar datang dari Sangatta, Bontang, Samarinda dan Balikpapan. "Untuk hasilnya itu kita surplus," jelas Priyanto, di sela kunjungan Gubernur Kaltim Isran Noor ke Kutai Timur, baru-baru ini, mengutip harian DIsway Kaltim, Senin 27 Desember 2021.. Berdasarkan data yang disampaikan, setidaknya hingga September lalu, koperasi yang dipimpin Priyanto ini mampu mengekspor 865 ton. Dengan kisaran nilai mencapai Rp 12,52 miliar. Omzet yang lumayan fantastis. Priyanto mengungkapkan, komoditas yang mulai dikembangkan sejak 2006 ini, sempat jatuh bangun hingga kolaps pada kisaran 2011-2012. Namun kembali bangkit pada 2014 silam. Meski harus memulai perkebunan pisang ini dari nol. Tentu namanya bisnis, tidak ada yang mulus. Banyak kendala yang dihadapi para petani di Koperasi Taruna Bina Mandiri. Utamanya penyakit yang kadang menghantui petani saat berkebun pisang kepok. Yakni penyakit layu fusarium. Penyebabnya karena cendawan, atau juga bisa disebut sejenis virus. Namun mengatasi itu, kata Priyanto, sudah dilakukan pencegahan dini. Berupa pelatihan yang dilakukan Dinas Perkebunan (Disbun) Kutim. Total 217 petani yang berada dinaungan Koperasi Taruna Bina Mandiri, sudah memiliki kemampuan itu. Dengan harapan kerugian dapat ditekan sedini mungkin, seminimal mungkin. “Tanaman pisang kepok rentan terkena posarium, kita tingkatkan kapasitas petani supaya apabila terkena itu bisa mengendalikan karena dapat pelatihan," lanjut Priyanto. Langkah jitu sepertinya diklaim berhasil diambil Koperasi Taruna Bina Mandiri. Yakni dengan merekrut petani milenial kecamatan setempat. Menggaet petani milenial yang fasih di bidang information technology (IT). Fungsinya agar membantu petani pisang kepok pada sisi pemasaran. Karena memang misi dari Koperasi Taruna Bina Mandiri, yakni menambah dan membuka keran marketing seluas-luasnya. Apalagi Koperasi Taruna Bina Mandiri lebih memilih memasarkan pisang kepok melalui business matching dan juga online. Menyasar pembeli dari dalam negeri dan luar negeri. Lalu, menindaklanjuti melalui aplikasi untuk. Yang dilanjutkan dengan mengirimkan sampel. Ketika cocok, pembeli dari luar negeri bisa langsung datang. Strategi pemasaran via online diperkuat dengan tim yang ada di Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya. "Petani millenial kita arahkan untuk mem-backup tapi bukan jadi pelaku utama, tapi jadi marketing. Mereka antusias," tambah Priyanto. Soal kendala, Priyanto merasakan betul sulitnya akses dari Kutim menuju Pelabuhan Kariangau, Balikpapan. Untuk proses distribusi ke luar negeri melalui kapal laut. Tentunya, Priyanto berharap ada jalan keluar dari Pemprov Kaltim. Misalkan dengan menyiapkan pelabuhan skala internasional. "Kami harapkan pemprov bisa memfasilitasi kami agar ada pelabuhan yang dekat, dengan skala internasional," pungkas Priyanto. MRF/ENY

Tags :
Kategori :

Terkait