Samarinda, nomorsatukaltim.com - Katanya, Juventus bermain lebih baik tanpa Cristiano Ronaldo. Harapannya, Juve bakal lebih menggigit setelah tak ditangani Pirlo lagi. Nyatanya, nyehehehe.
Kehadiran kembali Massimiliano Allegri ke Turin disertai ekspektasi besar. Ia diharapkan mampu membawa Nyonya Tua menjadi tim yang disegani lagi. Lantaran 5 tahun periode Allegri di Juve dari 2014 hingga 2019, 11 trofi berhasil direngkuh. Di UCL pun Juve cukup beringas walau tak berhasil menggondol trofinya.
Sementara 2 musim berikutnya di bawah kendali Maurizio Sarri dan Andrea Pirlo tak mampu mendekati level yang dibuat Allegri.
Kelegaan lainnya hadir setelah bintang mereka, Cristiano Ronaldo tak dimasukkan dalam rencana Allegri. Beberapa pemain senior bahkan mengatakan dengan tegas, bahwa dengan Ronaldo. Juve justru bermain tidak sebagai tim. Karena harus melayani bintang Portugal.
Atas dua hal; Pirlo diganti Allegri dan Ronaldo meninggalkan tim. Juventus harusnya keluar dari periode suram. Dan tak akan membiarkan duo Milan beserta Napoli bersaing bertiga di tangga juara.
Namun angka berbicara. Juve tanpa Ronaldo malah mendadak medioker. Bahkan kehadiran Allegri bahkan tak mampu mengawali kampanye musim ini dengan lebih baik dari era Pirlo.
Dalam 4 pertandingan awal di liga, tak 1 laga pun berhasil dimenangkan Juve. Publik mulai ragu dengan kapasitas Allegri. Namun kritik itu berhasil dijawab dengan 4 kemenangan beruntun selanjutnya.
Namun sejak kemenangan tipis dari AS Roma pada pekan kedelapan dengan skor 1-0. Juve gagal bertaring lagi. Hasil imbang 1-1 kontra Inter Milan pada pekan kesembilan rupanya masih lebih baik, ketimbang hasil dua laga selanjutnya. Di mana Nyonya Tua diperkasai Sassuolo di kandang sendiri dengan skor 2-1. Lalu kalah lagi dari Verona dengan skor identik.
Praktis, Juve kini tertahan di peringkat ke-9 dengan 15 poin. Tertingal 16 poin dari Napoli dan AC Milan di puncak klasemen.
Padahal musim lalu, ketika masih ada Pirlo di kursi pelatih dan Ronaldo sebagai juru gedor. Juve yang dicap buruk itu masih berkutat di peringkat keempat. Memiliki 23 poin dari 11 laga, dan berselisih 4 poin dari pemuncak klasemen AC Milan.
Mundur 1 musim ke belakang, di era Sarri, Juventus merangkum 29 poin dari 11 laga. Serta berhasil mengklaim posisi pemuncak klasemen.
Maka dapat dibandingkan dengan; posisi Juve di pekan ke-11 di era Allegri, lebih rendah 4 strip dari era Pirlo dan berselisih 8 tangga dari era Sarri.
Di pekan yang sama, Juventus musim ini berselisih 16 poin dari pemuncak klasemen. Sedangkan di era Pirlo berjarak 4 poin saja. Di era Sarri, yang juga ada Ronaldonya, mereka adalah pemuncak klasemennya.
Juventus musim ini lebih bapuk ketimbang 2 musim sebelumnya mungkin bisa diperdebatkan di kalangan pendukung. Bila merujuk cara bermain misalnya. Tapi secara angka, ketimpangan kualitas ini adalah fakta. Ya, untuk 11 pertandingan awal liga kali ini, Allegri lebih buruk ketimbang Pirlo.
Bukti lain kemerosotan Juve musim ini terlihat dari kolektivitas gol mereka. Dari 11 pertandingan, Dybala cs baru mampu melesakkan 15 gol, dan kebobolan gol dengan jumlah yang sama. Bahkan, tak satu pun pemain Bianconeri yang nangkring dalam 11 teratas daftar pencetak gol terbanyak.