Bali United adalah tim juara bertahan yang roman-romannya bakal kembali menjadi juara musim ini. Sebabnya, dalam 4 laga awal, Serdadu Tridatu belum tersentuh kekalahan sama sekali. Mereka kukuh di puncak klasemen sejak pekan pertama. Dan tak pernah absen mencetak gol. Rekor positif ini, akan coba diruntuhkan oleh tim pesakitan, Borneo FC Samarinda.
ADA keterkaitan unik dari Bali United dan Borneo FC Samarinda. Dua tim yang akan bersua dalam laga bertajuk Big Match di pekan kelima Liga 1 2021, petang nanti di Stadion Indomilk Arena, Tangerang.
Pertama, Bali United adalah tim gubahan asal klub elite Samarinda, Persisam Putra. Tim legenda Kota Tepian ini tak mampu terus berkiprah di era sepak bola industrial. Sehingga petinggi klub memilih menjual hak mereka pada Pieter Tanuri. Melalui proses merger yang pada musim pertama (2015), klub tersebut memakai nama Bali United Pusam.
Di tahun yang sama, Kota Samarinda telah memiliki klub idola baru. Bernama Borneo FC Samarinda, yang kala itu masih memakai nama Pusamania Borneo Football Club (PBFC). Klub pengganti yang juga melalui proses merger dengan Perseba Super Bangkalan, tim Divisi Utama saat itu.
Maka sebenarnya, pertemuan Bali United dan Borneo FC Samarinda tak ubahnya sebagai pertemuan dua saudara tiri.
Keterkaitan kedua, Bali United bisa dibilang sebagai pelopor tim sepak bola yang mengusung manajerial profesional. Mereka adalah pioner modernisasi persepakbolaan Tanah Air. Disusul oleh Persija, Persib, Persebaya, dan Borneo FC Samarinda.
Baik Bali United maupun Borneo FC adalah tim yang secara pengelolaan tim, sedari akademi hingga tim utama. Yang patut dijadikan contoh oleh banyak klub di Indonesia.
Sayangnya, jika Bali United langsung menjelma sebagai tim elite sejak kemunculannya. Lantaran disokong dana raksasa. Borneo berjalan sebaliknya. Pesut Etam menata ulang sejak titik nol. Kemudian merangkak perlahan. Jika diibaratkan, Bali adalah negara adikuasa, sementara Borneo adalah negara berkembang.
Sementara Bali United sudah pernah menjadi juara pada musim 2019 lalu. Prestasi terbaik Borneo di kompetisi Tanah Air adalah peringkat ketujuh. Yang mereka dapatkan dua musim beruntun pada 2018 dan 2019. Namun begitu, di musim ketika Bali United juara. Borneo adalah tim yang cukup konsisten mengganggu mereka. Dengan menempati posisi kedua di klasemen sementara cukup lama. Bahkan kedua tim pernah berselisih hanya 5 poin saja.
Musim ini, jalan kedua tim kembali tampak berbeda. Serdadu Tridatu langsung menggasak 4 laga awal mereka dengan klaim 3 kemenangan dan 1 hasil imbang. Sementara Borneo, baru meraih 1 kemenangan. 2 lainnya berakhir imbang dan 1 kekalahan yang menyebabkan kondisi tim goyang. Lantaran laga 0 poin kontra Persik menjadi pemicu 3 tim pelatih mereka hengkang.
Borneo FC Samarinda bertekad untuk mengakhiri puasa gol mereka. Di mana Pesut Etam tak mampu bikin gol dari situasi play on dalam 3 laga beruntun. Satu-satunya gol dari 3 laga itu didapat dari titik putih yang menyelamatkan mereka dari kekalahan atas Barito Putera di pekan ketiga.
Laga pada pekan kelima idealnya dijadikan pembuktian bagi Sihran dkk. Untuk menerapkan hasil latihan, yang diklaim pelatih interim Ahmad Amiruddin. Telah melatih secara khusus anak asuhnya dalam sesi menyerang. Agar segera keluar dari status manjal.
Sayang, dalam upaya kebangkitan itu. Bali United hadir sebagai anomali. Karena ketika Pasukan Samarinda ingin segera berbuka puasa gol. Bali United justru datang sebagai lawan yang harus diredam keganasan lini depannya.
Secara statistik, Lilipaly dkk memang tidak pernah clean sheet dalam 3 laga terakhir. Namun rerata jumlah kebobolan mereka adalah 1 gol per laga. Lebih baik dari Persik (1,5 kebobolan per laga), Persebaya (2 kebobolan per laga), dan Barito (1,75 kebobolan per laga). Data diambil setelah 4 pertandingan.
Hanya Persib, lawan Borneo sejauh ini yang memang pertahanannya kokoh, dengan hanya kebobolan 3 kali dari 4 laga. Maka sebenarnya, produktivitas gol Borneo tidak bergantung pada kondisi pertahanan lawan. Namun lebih ke diri sendiri. Melawan Bali, adalah masalah lain dari barisan penyerangan Pesut Etam. Yang di lagan anti malah ditinggal Torres (cedera) dan Wawan Febrianto (izin).