Sekretaris Komisi II DPRD Berau, Sujarwo Arif Widodo Mendorong kesejahteraan dan kemandirian masyarakat, menjadi program Sujarwo Arif Widodo menjadi anggota DPRD Berau, periode 2019-2024. ARJUNA MAWARDI, Tanjung Redeb PROGRAM itu, sebut Sujarwo, selaras dengan tugasnya di komisi II DPRD Berau, yang membidangi perekonomian dan keuangan. Dalam tugas komisi II, juga membidangi seluruh potensi di Bumi Batiwakkal, mulai peternakan, perkebunan, pertanian, perikanan, lingkungan hidup, kehutanan, pariwisata dan pertambangan. Mendorong kesejahteraan masyarakat, akan dirinya rintis dari daerah pemilihan (Dapil) II yang meliputi Kecamatan Gunung Tabur, Teluk Bayur dan Segah. “Hampir seluruh potensi di Berau, ada di Dapil II. Saya akan memulai program saya dari Dapil II, diharapkan akan menjadi daerah percontohan untuk daerah lainnya,” katanya saat berbincang dengan Disway Berau, belum lama ini. Lanjutnya, dengan mayoritas masyarakat yang memanfaatkan sumber daya alam (SDA) untuk mengorek pundi-pundi rupiah. Sujarwo bermimpi, ingin membangun sebuah modeling atau percontohan keberhasilan dalam mengembangkan potensi daerah. “Salah satu saja yang berhasil, terkait dengan pengembangan potensi. Itu salah satu tujuan saya kedepan,” harapnya. Untuk pertanian dan perkebunan, dengan usia maupun umur dunia saat ini sudah semestinya masuk kepada penanaman-penanaman yang organik. Penerapan ini, katanya, sedikit pelik dipaksanakan untuk dilaksanakan karena masyarakat telah terbiasa menggunakan pupuk-pupuk kimia. Sujarwo optimistis hal itu bisa dilakukan, ketika ada keinginan masyarakat dan kemauan dari pemerintah. Pasalnya, fungsi DPRD hanya pengawasan dan memaksimalkan melalui penganggaran serta pembentukan peraturan daerah (Perda). “Inilah yang saya ingin maksimalkan. Ketika aspirasi masyarakat masuk, kami akan berupaya memperjuangkan dan mendorong pemerintah untuk merealisasikannya,” ucapnya. Itu bukanlah masalah utamannya. Yang terjadi saat ini, jika hanya sekilas mengidentifikasinya, terdengar permintaan masyarakat hanya sekadar permintaan pupuk, bibit dan racun saja. Itu hanya formalitas. Namun, pendampingan yang intens perlu dilakukan untuk mengetahui keluh kesah petani, dalam mengembangkan dan memaksimalkan potensi. Sujarwo berencana, masuk dan langsung berinteraksi dengan petani secara partisipasi, agar tahu kendala dan masalah yang dihadapi petani selama ini. “Ibaratnya, diagnosis dulu baru kita ketahui suntikan, apa obatnya. Jadi bukan hanya sebatas pupuk dan racun, untuk gold jangka panjangnya yang saya inginkan yaitu, tercipta kemandirian dan kesejahteraannya,” tuturnya. Mandiri dalam artian, jelas Sekretaris Komisi II DPRD Berau ini, dirinya menginginkan bukan hanya bantuan yang bersifat formalitas. Ketika tidak ada bantuan lagi dari pemerintah daerah, usaha mereka ikut mati. Cara untuk mendapatkan kemandirian itu, perlu mengidentifikasi masalahnya, bagaimana bisa sustain, serta jangka panjang dimiliki oleh masyarakat. Ada dua Gold yang harus dicapai, yakni peningkatan produksi dan pemasaran. Sujarwo juga mengaku, sudah bertemu dan berkoordinasi dengan sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, untuk mengetahui renstra, program kerja jangka panjang selama lima tahun, serta mengetahui turunan dari rencana kerja (Renja) tiap tahunnya. Terutama komoditi apa yang menjadi menjadi unggulan di Kabupaten Berau. “Tujuannya, agar sinkron antara masyarakat yang saya dampingi untuk menjadi mandiri dan sejahtera, dengan program pemerintah,” terangnya. Jika tidak sejalan dengan program pemerintah, susah untuk dipaksakan. Ketika aspirasi masyarakat dimasukkan dan tidak masuk ke dalam indikator kinerja utama, akan sulit diterima oleh Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang). “Karena tidak semua program bisa masuk, jadi ada penyaringan untuk gold jangka panjangnya. Jadi perlu disinkronkan agar pencapain bisa terwujud,” sebutnya. Sehingga, cita-citanya untuk menjadikan satu perkampungan menjadi daerah percontohan bisa tercapai. Keberhasilan suatu perkampungan akan menular ke perkampungan lainnya. Sebab, masyarakat lebih mudah mencontoh daripada memulai. ”Nanti saya akan memberikan kesempatan seluruh wilayah Dapil saya, untuk memulainya. Minimal satu yang jadi tiap potensi yang dimiliki tiap kampung dan bisa menjadi percontohan bagi perkampungan lainnya,” harapnya. Begitu pula dengan pemanfaatan pupuk organik. Awal penggunaan pukuk organik, memang tidak sebanding dengan penggunaan pupuk kimia di masa awal tanam. Namun, ketika usia tanaman mencapai 4-5 tahun, jumlah produksi menurun dan biaya operasional kian bertambah. “Pupuk organik ini sebaliknya. Pergerakkannya lambat, namun semakin lama grafik produksi akan meningkat,” jelasnya. Oleh karena itu, dirinya bersama komisi II DPRD Berau akan meningkatkan pengawasan terhadap pengembangan potensi di Kabupaten Berau. Selain itu, perlu intens melakukan koordinasi dengan OPD terkait, memastikan program kerja sesuai dengan renstra dan Renja. Terutama sumber daya manusia (SDM) penyuluh di lapangan. Jangan sampai, tegas Sujarwo, pintar petani daripada penyuluhnya. “Begitupula dengan seluruh potensi, OPD terkait perlu diberikan kontrol lebih. Agar rencana kerja dan pelaksanaan di lapangan dapat sinkron, sehingga program dapat tercapai,” tandasnya.(*/app)
Dorong Kesejahteraan dan Kemandirian Masyarakat
Jumat 25-10-2019,10:59 WIB
Editor : admin3 diskal
Kategori :