Samarinda, nomorsatukaltim.com – Juara Liga 1 adalah impian setiap tim profesional di Indonesia. Borneo FC Samarinda pun begitu mendambakannya. Tapi mereka enggan buru-buru. Musim ini, Pesut Etam akan lebih fokus membangun tim jangka panjang. Tapi finis di papan atas, merupakan sebuah keharusan.
Liga 1 musim 2019 sejatinya bisa jadi titik balik kebangkitan Borneo FC Samarinda di kompetisi kasta tertinggi Tanah Air. Sejak keikutsertaan mereka sedari ISC tahun 2016. Pesut Etam masih konsisten berada di zona papan tengah.
Perekrutan Mario Gomez pada awal musim 2019 seketika menaikkan ekspektasi Pusamania pada Borneo FC. Bagaimana tidak, dengan bermaterikan cukup banyak pemain muda dari akademi, Gomez mampu membawa Pasukan Samarinda cukup lama nangkring di posisi kedua klasemen Liga 1.
Namun petaka hadir jelang akhir kompetisi. Rentetan hasil buruk membuat mereka harus kembali puas menjadi tim papan tengah. Usai finis di peringkat ketujuh. Sama seperti musim sebelumnya.
Padahal perjalanan Borneo, setidaknya sebelum 7 laga terakhir terbilang moncer. Kunci dari penampilan gemilang itu salah satunya dengan memainkan Sultan Samma secara reguler. Karena bersama pelatih-pelatih sebelumnya, Sultan hanya berstatus super sub.
Walau harus meratapi hasil akhir musim tersebut. Borneo FC boleh berbangga karena berhasil menyulap beberapa pemain akademi jadi tulang punggung tim. Bahkan mereka diganjar kontrak jangka panjang musim selanjutnya.
Selain Terens Puhiri, Nurdiansyah, Sihran, Wahyudi Hamisi, Miftahul Ikhsan, Ilhamsyah, hingga Gianluca Pandeynuwu mendapat kepercayaan besar. Lalu terbilang cukup sukses mengangkat performa tim.
Musim 2020, Mario Gomez diproyeksikan melanjutkan kerja apiknya. Tapi ia malah hengkang ke Arema FC. Memakai jasa Edson Tavares, manajemen Borneo memang langsung menaruh target tinggi. Minimal, Edson harus bisa membawa Pasukan Samarinda finis di papan atas.
Konsekuensinya, Edson tak mau bersepekulasi. Nama-nama pemain muda di atas tak lagi diandalkan. Hanya Gianluca dan Terens yang masuk tim inti. Di sebuah konferensi pers ketika diperkenalkan pertama kali oleh tim. Edson memang langsung blak-blakkan untuk akan bersikap pragmatis.
Edson hanya akan memasang pemain yang secara kualitas siap. Walau harus mengorbankan jam terbang pemain muda. Di sini, Edson cukup sukses membuat Borneo FC melaju kencang. Ditambah manajemen berhasil mendaratkan trio asing Nuriddin Davronov, Diogo Campos, dan Fransisco Torres. Yang sependek pengamatan nomorsatukaltim.com merupakan trio asing terbaik Borneo FC sepanjang masa di luar keberadaan Javlon Guseynov.
Bisa dibilang, Edson berlari dengan tim jadi. Meraih 2 kemenangan dari 3 laga adalah awalan mulus Borneo era Edson. Yang sayangnya, sampai situ saja.
Kembali merekrut Mario Gomez, Borneo FC kini sedikit melunak. Mereka lebih menuntut Gomez menata ulang tim ini dari awal lagi. Untuk disiapkan jadi tim hebat di masa mendatang. Yang barangkali, buah manisnya baru akan dipetik pada 2 atau 3 musim ke depan.
Namun sebagai parameter kesuksesan, Gomez tetap diberi target finis di papan atas. Atas dasar ini, Gomez kembali mengandalkan pemain-pemain muda. Pemain-pemain yang sebenarnya moncer di era Edson, sebut saja duo Torres-Campos, Dedi Hartono, Kevin Gomes dicoret Gomez untuk memberi ruang pada pemain muda. Baik dari akademi maupun pemain muda rekrutan anyar yang kebanyakan berlabel timnas muda.
Gelombang pencoretan juga dialami Abdul Rachman, Diky Indriyana, Andri Muliadi, Aldjufri Daud, Ulul Azmi, dan yang paling fenomenal adalah Diego Michiels. Gomez benar-benar mendambakan tim impian hasil buah tangannya untuk menjamin masa depan Pesut Etam di Liga 1.
Tapi tim muda yang disiapkan Gomez rupanya tak tampil sebagaimana yang direncanakan. Hal itu terlihat jelas di Piala Menpora lalu. Di mana Borneo FC Samarinda hanya meraih 1 poin dari 9 poin yang bisa didapat.
Evaluasi dilakukan, perekrutan Hendro Siswanto, Angga Saputro, Amer Bekic, dan Leo Guntara ternyata belum cukup. Pendatangan dan promosi pemain muda sebelumnya; Fajar fathurahman, Komang Teguh, Fathurahman, Irsan Lestaluhu, M. Ilham, dan beberapa nama lainnya diprediksi baru bagaikan kuncup. Akan berkembang, tapi belum siap diandalkan semusim penuh.