Terpenting Ikhlas dan Kerja Keras

Rabu 17-03-2021,11:11 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

Familier dengan bercocok tanam. Wahyuni, jadi sosok perempuan perawat alam yang berkontribusi dalam ketahanan pangan di Kabupaten Berau, dengan menanam padi. Baginya, bertani menjadi bagian dari hidupnya sejak lama.

BERCOCOK tanam bukan kegiatan baru dilakoninya. Sejak tahun 90an, Wahyuni telah memijak ladang persawahan. Berbekal dari orangtua, kini telah memiilki 30 hektare kawasan persawahan di Kampung Tasuk, Kecamatan Gunung Tabur. Meski sempat tersemat dalam benaknya, bertani tidak begitu diminati kaum perempuan. Yang mengharuskan menghabiskan waktu seharian dan berlumpur. Namun pemikiran itu telah sirna. Bertani menjadi wadah pembelajaran menghilangkan keluh dan manja. Terpenting ikhlas dan kerja keras. Kegigihannya itu, Wahyuni dipercaya menjadi ketua kelompok tani di kampungnya. Nama Sumber Karya yang beranggotakan 30 petani. Meski didominasi perempuan, kerja sama tidak bisa diragukan. Tenaga tak kalah dengan laki-laki. “Dan saya sudah memetik hasil. Masalah harus berpanas-panasan atau kehujanan di ladang, itu sudah biasa, ” ucapnya kepada Disway Berau, Selasa, (15/3). Dalam setahun, panen hanya sekali. Kondisi itu dipengaruhi bibit, pengairan, cuaca dan kontur tanah. Meski kendala lain sukar diprediksi. Namun, itu tidak mematahkan semangat dirinya dan petani lainnya. Ditambah dukungan dari berbagai pihak, mulai bibit berkualitas hingga pendampingan. Bantuan tidak hanya dari Dinas Pertanian dan Peternakan, perusahaan pertambangan batu bara PT Berau Coal juga memiliki andil besar dalam pengembangan persawahan di Kampung Tasuk. “PT Berau Coal sangat membantu, terutama benih berkualitas yang membuat produksi kami meningkat. Bahkan, mampu memproduksi dua kali dalam setahun,” terangnya. Sekali panen, ungkap Wahyuni, bisa memeroleh 6-7 ton per hektare. Terkait pemasaran, bukan lagi masalah bagi petani. Hasil panen langsung dibeli PT Berau Coal. “Ya dari awal bertani memang hanya untuk dikonsumsi sendiri, tidak menyangka bisa dibeli oleh berbagai pihak, salah satunya PT Berau Coal,” tegasnya. Ia meminta, dukungan dan pendampingan tidak hanya angin lewat, tapi bersinambungan terus menerus. Dengan harapan penambahan bantuan alat produksi, dari pra hingga pasca panen. Karena, tidak selamanya bersifat konvensional, namun melangka perlahan ke modern. “Saya ingin sekali kedepannya, generasi muda bisa menjadi penerus kami,” tutupnya. Sementara, General Manager Corporate Social Responsibility (CSR) PT Berau Coal, Horas Parsaulian Pardede ikut mendorong geliat perkembangan pertanian di Kabupaten Berau, terutama Kampung Tasuk yang memiliki potensi besar lumbung padi. “Kami mendukung penuh pengembangan pertanian dan komitmen ikut serta menguatkan ketahanan pangan lokal,” jelasnya. Seperti bantuan penampungan langsung hasil panen kepada pihak PT Berau Coal. Pihaknya komitmen untuk terus merealiasikan keinginan petani, mulai bantuan bibit hingga alat mesin pertanian (Alsintan). “Begitu juga kampung lainnya yang menjadi dampingan kami (PT Berau Caol),” tuturnya. Program ini juga mendapatkan aspirasi Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Berau, Mustakim. Dia mengatakan, kesuksesan ini berkat berkolaborasi dengan PT Berau Coal dalam pengadaan bantuan benih berkualitas. “Kami memang selalu mendukung benih dan terbukti hasil cukup maksimal. Apalagi petani tidak lagi pusing menjual, karena hasil panen dibeli langsung Berau Coal,” katanya. Mustakim juga akan mengavaluasi kebutuhan para petani di beberapa kampung, terutama pemasaran pasca panen. Harapannya, PT Berau Coal bisa membantu dan memperluas pemasaran pertanian di Kabupaten Berau. “Petani ini senang sekali jika hasil produksinya bisa disebarluaskan,” tutupnya. Bupati Berau, Sri Juniarsih mengucapkan banyak terimakasih kepada PT Berau Coal untuk pendampingan petani dalam mengembangkan pertanian di Kabupaten Berau. Ia menginginkan, pendampingan akan berlangsung terus menerus dan tetap fokus pada peningkatan produksi. */JUN
Tags :
Kategori :

Terkait