Gangguan Mental Pemicu Bunuh Diri

Rabu 17-03-2021,11:07 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

TANJUNG REDEB, DISWAY – Kasus bunuh diri AR (21), warga Gang Padaidi, Jalan Milono, RT 11 Kelurahan Gayam, Tanjung Redeb pada Senin (15/3), menyita perhatian Dokter Psikiater Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Rivai, Melani.

Ia mengungkapkan, seseorang nekat menghabisi nyawa karena tidak bisa mengelola ego stres atau ketahanan mental. Kondisi itu terjadi akibat meningkatkan rangsangan hormon dopamin, senyawa kimiawi di otak yang berperan untuk menyampaikan rangsangan ke seluruh tubuh. Sehingga, tidak bisa menyelesaikan masalah dengan akal sehat. “Biasanya, terjadi pada seseorang yang memiliki kepribadian kaku dan jarang bersosialisasi,” ujarnya kepada Disway Berau, Senin (16/3). Seperti masalah percintaan. Mungkin sebagian orang menganggap hal biasa. Tapi tidak pada korban, yang menilai itu masalah berat dan bunuh diri sebagai jalan pintas mengakhiri masalah. "Karena cara pandang terhadap lingkungannya akan berubah, tidak sama pada umumnya. Akan sibuk dengan dunia sendiri dan suara-suara yang didengar. Serta perasaan ketakutannya dan emosi yang tidak stabil,” jelasnya. Bahkan, masalah asmara menjadi sumber terbesar gangguan jiwa. Di Kabupaten Berau, sekira 10 pasien yang mayoritas pasien perempuan dan usia tergolong masih muda, berkisar 15 tahun dirawat di RSUD Abdul Rivai. Sementara, kasus percobaan bunuh diri didominasi laki-laki. "Laki-laki lebih nekat. Kalau perempuan masih ada rasa takut," tuturnya. Ia menambahkan, seseorang dengan gangguan jiwa berat mebutuhkan obat dan pendampingan dari dokter psikiater. *DEW/JUN
Tags :
Kategori :

Terkait