BBM Sulit, Melaut Terganggu

Selasa 16-03-2021,11:09 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

TABALAR, DISWAY – Nelayan Muara Radak, Kampung Buyung-Buyung kesulitan melaut karena kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar di wilahnya. Kondisi itu, diperparah menurunnya harga hasil tangkap nelayan di tengah COVID-19.

Diungkapkan nelayan Muara Redak Kampung Buyung-Buyung, Rustam, untuk mendapatkan bahan bakar solar harus ke luar perkampungan menuju daerah terdapat Agen Penyalur Minyak dan Solar (APMS) maupun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Pun ada dijual eceran, harganya mahal. “Susah sekali dapat BBM di daerah yang terdekat. Padahal dibutuhkan tiap hari. Kalau beli bolak balik (ke ibukota kecamatan), operasional bengkak. Karena jaraknya jauh,” ucapnya kepada Disway Berau, Senin (15/3). Hingga kini, kendala aktivitas nelayan belum ada solusi. Bahkan, beberapa nelayan terpaksa membeli dari kapal-kapal industri di perairan Kampung Buyung-Buyung. Meski, transaksi itu jadi kekhawatiran karena dinilai ilegal. “Jika tidak begitu, kami tidak bisa melaut. Bukan menggunakan uang, namun menukar solar dengan hasil tangkap ikan kami,” ungkapnya. Kondisi itu, kata dia, diperparah dengan menurunnya harga jual hasil tangkap nelayan. Contohnya kepiting, biasanya mencapai Rp 300 ribu per kilogram (Kg) yang dikirim ke Kota Samarinda (Kaltim), Tarakan (Kaltara) hingga Jakarta. Namun, harganya kini hanya dibandrol Rp 70-100 ribu per Kg. Sehingga tidak menutupi biaya operasional melaut di tengah kelangkaan BBM. “Kami berharap, pemerintah dapat mempermudah kami mendapatkan BBM. Setidaknya solusi untuk mempermudah kami mencari nafkah dari melaut. Karena menjadi mata pencaharian utama kami,” tutupnya. */RAP/JUN
Tags :
Kategori :

Terkait