40 Tahun Bukit Asam Berkiprah dalam Industri Batu Bara

Jumat 12-03-2021,22:17 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

PT Bukit Asam TBk (PTBA), salah satu perusahaan energi milik negara yang mengelola sumber daya alam batu bara, telah berkiprah 40 tahun. Embel-embel batu bara pada Bukit Asam ini sepertinya sudah tidak akan melulu didengar publik. Pasalnya manajemen dalam beberapa tahun terakhir sudah mencanangkan transformasi besar-besaran. Dari sisi bisnisnya. Dengan mengusung tagline Beyond Coal.

Meski tetap menjadi bisnis utama, Bukit Asam tidak akan lagi hanya fokus di usaha penambangan dan penjualan batu bara. Perusahaan yang berdiri pada 1981 ini kini akan fokus di beberapa lini bisnis berbasis energi. Seperti jasa ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan (EBT), produk perkebunan, jasa penambangan serta industry coal to chemical. Sebagai bagian dari hiliirsasi batu bara. Dalam rangka menciptakan nilai tambah dari batu bara. Manajemen Bukit Asam tidak melupakan ruh perusahaan yang berbasis batu bara. Untuk meningkatkan pemanfaatannya, maka salah satu fokus pengembangan perusahaan adalah dengan meningkatkan transportasi batu bara. Direktur Pengembangan Usaha Bukit Asam, Fuad I.Z. Fachroeddin mengatakan, dengan total luas area tambang 93.962 hektare, Bukit Asam memiliki total sumber daya batu bara sebesar 8,28 miliar ton dan total cadangan yang siap diproduksi mencapai 3,23 miliar ton. Sayangnya, jumlah cadangan sebesar itu masih belum dimonetisasi secara maksimal. Akibat keterbatasan kapasitas angkutan. Sejauh ini, ada tiga pelabuhan utama Bukit Asam. Yakni Teluk Bayur dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun; lalu Kertapati 5 juta ton per tahun, serta Tarahan 25 juta ton per tahun. Tahun ini rencananya Bukit Asam akan meningkatkan kapasitas pembangkitnya menjadi 32 juta ton per tahun. Fuad menjelaskan, hal ini menjadi bagian strategis jika perusahaan ingin memiliki cadangan besar. Namun dari segi jumlah produksi, Bukit Asam bukanlah nomor satu. Karena keterbatasan kapasitas angkutan. Pada 2021, Bukit Asam mengembangkan sampai dengan 32 juta ton. Tujuan pelabuhan Tarahan semula 21,4 juta ton menjadi 25 juta ton per tahun; tujuan pelabuhan Kertapati semula 3,7 juta ton berhail dikembangkan menjadi 5 juta ton per tahun. “Kami kembangkan kembali Kertapati tahun ini menjadi 7 juta ton,” ungkap Fuad di sela DETalk yang digelar Dunia Energi baru-baru ini. Perusahaan bahkan akan meningkatkan kapasitas pelabuhannya hingga 72 juta ton pada 2025. “Pelabuhuan Kramasan ready 2024 itu 20 juta ton, Karahan 2 ready Juli 2025 sebanyak 20 juta ton akan menjadi 72 juta ton per tahun. Ini bagian dari upaya dan ikhtiar engine revenue company,” ujar Fuad. Fokus pengembangan usaha berikutnya adalah pembangkit listrik. Bukit Asam menargetkan bisa membangun pembangkit listrik dengan total kapasitas mencapai 1.500 Megawatt (MW). Salah satu inisiatif pembangkit listrik pertama yang dibangun adalan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Sumatera Selatan (Sumsel) 8 dengan kapasitas 2×620 MW. Ini merupakan PLTU Mulut Tambang terbesar di Indonesia serta PLTU terbesar di Pulau Sumatera. “Sumsel 8 Februari EPC progresnya mencapai 72 persen. Diharapkan Maret 2022 bisa selesai seluruh unit,” kata Fuad. Sebelum PLTU Mulut Tambang Sumsel 8, Bukit Asam telah membangun dua unti PLTU lainnya: Tanjung Enim berkapasitas 3x10 MW dan di Pelabuhan Tarahan dengan kapasitas 2x8 MW. Lini bisnis yang benar-benar baru sudah dijajaki Bukit Asam: membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Sudah beroperasi PLTS Atap di Bandara Soekarno Hatta dengan kapasitas 241 kWp. “Pembangkit listrik yang dihasilkan tidak hanya tenaga uap. Tapi kami juga kerja sama dengan AP II membangun sejumlah pembangkit listrik tenaga surya. Yang akan dipasang di sejumlah bandara AP II,” ungkap Fuad. Kini Bukit Asam juga sedang dalam tahap persiapan membangun PLTS di lahan pasca tambang milik perusahaan di Ombilin, Sumatera Barat. Rencananya dibangun PLTS dengan total kapasitas 200 MW. Konstruksi PLTS dilakukan dalam dua tahap. Pembangunan tahap I ditargetkan rampung dengan kapasitas 100 MW. Pembangunan tahap I saat ini dalam tahap perencanaan dan studi. Pembangunan tahap II ditargetkan rampung 2022. Sekretaris Perusahaan Bukit Asam, Apollonius Andwie mengatakan, sambil menunggu persiapan proyek komersial, Bukit Asam sudah terlebih dulu membangun PLTS untuk bantuan ke masyarakat. Di antaranya PLTS berkapasitas 38.500 watt untuk melistriki pompa irigasi. PLTS yang dibantu di Desa Trimulyo, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung itu ditargetkan beroperasi tahun ini. Selain itu, ada PLTS Irigasi Talawi Sawahlunto dengan kapasitas 16,5 kiloWatt. PLTS Irigasi Tanjung Raja di Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim yang juga ditargetkan mulai beroperasi tahun ini. Kapasitas PLTS yang diperuntukkan untuk pompa irigasi lahan pertanian ini sebesar 18 kiloWatt. Kemudian ada PLTS yang dibangun PTBA untuk kebutuhan listik Yayasan Az-Zawiyah Desa Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir. Listik yang dihasilkan PLTS itu sebesar 6 kWp atau setara dengan 6.849 watt. “Kebutuhan listrik yang diperlukan oleh yayasan tersebut adalah 5.520 watt,” ungkap Appllonius. HILIRISASI BATU BARA Fokus pengembangan usaha Bukti Asam secara nasional adalah hilirisasi batu bara. Indonesia kini berharap banyak terhadap perusahaan tersebut. Karena menjadi salah satu pionir dalam implementasi batu bara. Yang sejak puluhan tahun lalu mulai diinisiasi. Bukit Asam memiliki cadangan batu bara terbesar. Dan ikhtiar yang ingin dilakukan dengan menciptakan nilai tambah batu bara dalam proses produksinya. Khususnya coal to chemical. Semangat memberi nilai tambah tersebut sejalan dengan tagline perusahaan milik negara tersebut yakni beyond coal. Tidak hanya menjual produk. Tetapi memberi nilai tambah dan multiplier effect. Fuad mengatakan, nilai tambah dari proyek coal to DME ini, selain total investasi yang masuk sebesar US$ 2,1 miliar, pemanfatan batu bara kalori rendah juga bisa mencapai 180 juta. “Juga manfaat langsung yang didapatkan pemerintah sebesar Rp 800 miliar setiap tahun atau 24 triliun selama 30 tahun. Nilai tambah langsung lainnya yakni menghemat neraca perdagangan, mengurangi impor epliji sebesar 1 juta ton setiap tahun dan menghemat cadangan devisa negara sebesar Rp 9,71 triliun per tahun atau Rp 290 triliun selama 30 tahun,” kata Fuad. Konversi batu bara menjadi DME merupakan salah satu poin dari enam poin pengembangan batu bara. Sebagaimana amanat undang-undang. Poin lain dari varian batu bara yakni pengembangan, peningkatan mutu batu bara, pembuatan briket, pembuatan kokas juga pemanfaatan batu bara dengan membangun PLTU mulut tambang. Pemanfaatan batu bara menjadi DME yang dilakukan Bukit Asam bekerja sama dengan Pertamina, diharapkan mampu mengurangi impor elpiji. Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Ditjen Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sujatmiko memperkirakan, kebutuhan gasifikasi batu bara sekitar 700 ribu ton setiap bulan. Sejak 2021 sampai 2040, diperkirakan kebutuhan batu bara untuk gasifikasi sebanyak 34 juta ton. Baik untuk etanol, DME maupun produk turunan lainnya. “Kalau proyek hilirisasi ini dijalankan, kebutuhan batu bara setiap tahunnya bisa kita planning,” kata dia. Bukit Asam akan memasok 6 juta ton batu bara yang menghasilkan sekitar 1,4 juta ton DME per tahun. Ditujukan untuk menggantikan keberadaan elpiji yang dominan masih didimpor. Tahun ini, kebutuhan elpiji sekitar 8 juta ton. Sementara yang impor 6 juta ton. Jadi, masih ada produksi sendiri 2 juta ton. Dari 6 juta ton ketergantungan Indonesia terhadap impor ini akan digantikan DME Bukti Asam tidak setengah-setengah dalam mendorong hilirisasi batu bara. Ini dibuktikan dengan rencana pembangunan komplek khusus industri berbasis batu bara atau Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE). Dengan lokasi dekat dengan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8. Fuad menuturkan, kawasan industri yang dibangun Bukit Asam berada tidak jauh dari Kota Palembang atau sekitar 203 kilometer. Didukung dengan persiapan infrastruktur berupa jalan tol. Yang tengah dibangun pemerintah. “Pemerintah saat ini sedang membangun tol trans Sumatera. Sehingga dari Pelembang menuju Tanjung Enim ada jalan tol. Jadi, mudahkan mobilitas angkutan produk jadi dan lain-lain,” ungkap Fuad. Multiplier effect dari hilirisasi ini juga menjadi target pemerintah. Menurut Fuad, serapan tenaga kerja terbilang besar. “Penyerapan tenaga kerja lokal bisa mencapai 10.570 pada masa konstruksi dan 7.976 pada masa operasi,” kata Fuad. (de/qn) Sumber: Totalitas Bukit Asam Bertransformasi Bisnis
Tags :
Kategori :

Terkait