Pernah Dimarah Warga

Senin 08-03-2021,11:08 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

Sudah hampir setengah bulan posko COVID-19 yang didirikan Pemprov Kaltara di Kilometer 57 perbatasan Bulungan-Berau. Sejumlah pengalaman pun dialami petugas posko. Salah satunya, Sri Ratna Dewi.

Waktu sudah menunjukan pukul 15.00 Wita, tetapi senyum ramah petugas kesehatan (Nakes) di posko COVID-19 tak sedikit pun memudar. Duduk di balik sekat plastik, satu per satu warga yang akan masuk ke Kaltara menjalani pemeriksaan bebas COVID-19. Sri Ratna Dewi, satu dari tiga nakes yang bertugas di posko, menceritakan pengalamannya selama hampir dua minggu bertugas. Menurutnya, kesulitan yang dihadapi, ialah saat di masa awal pos pemeriksaan dibuka. Karena masih banyak warga yang belum mengetahui adanya pemeriksaan bebas COVID-19. Bahkan, diakuinya beberapa warga sempat memarahi dirinya. Termasuk rekannya yang lain, lantaran kaget dan tidak mau untuk menjalani pemeriksaan rapid antigen di posko. “Karena banyak yang kaget ada posko pemeriksaan kesehatan, banyak sopir mobil atau travel itu bentak-bentak, menolak dites antigen. Apalagi, hampir rata-rata mereka belum pernah di-swab dan banyak yang menolak,” ujar Ratna, ditemui di posko pemeriksaan kesehatan Kilometer 57, Sabtu (6/3) lalu. Meskipun begitu, menurutnya tindakan warga merupakan hal yang wajar. Dirinya dan tenaga kesehatan lain, tetap berusaha memberikan pelayanan yang baik dan mengedukasi warga. Namun, jika warga tetap menolak tes antigen. Untuk mengatasinya, dirinya menyerahkan kepada petugas BPBD, Satpol PP, kepolisian, dan TNI. “Yang jelas, kami selalu memberikan edukasi terkait kebijakan Pemerintah Provinsi Kaltara . Dimana warga yang ingin memasuki wilayah Kaltara, harus memiliki surat keterangan rapid antigen. Harus dilakukan swab antigen di lokasi. Kalau mereka menolak keras dan terus berdebat, biasanya kami serahkan ke petugas keamanan yang ada di lokasi,” ungkapnya. Tetapi, seiring berjalanya waktu, saat ini warga yang melintas sudah mulai sadar dan paham betapa pentingnya pemeriksaan kesehatan. Warga, juga diakuinya sudah mulai rutin melaksanakan rapid antigen mandiri dari daerah asal, sebelum masuk ke Kaltara. Meskipun rapid antigen yang dilaksanakan di lokasi posko sebenarnya gratis untuk siapa pun. Dikatakan Ratna, setiap harinya petugas kesehatan yang berjaga di pos pemeriksaan selalu bergantian. Untuk satu shift akan bertugas selama 12 jam. Pembagian shift ini, dilakukan karena penjagaan dilaksanakan selama 24 jam nonstop. Soal fasilitas yang tersedia di lokasi posko, Ratna mengaku tidak dapat menuntut banyak. Akan tetapi, dirinya bersyukur, karena sejauh ini tempat istirahat dan makanan serta air bersih, disediakan dan terjamin. “Mungkin hanya sinyal (telepon seluler) saja yang biasanya naik turun, jadi kami harus jalan dulu ke beberapa titik khusus, biar bagus sinyalnya. Ada beberapa titik memang yang sinyalnya bagus,” ujarnya. */ZUH/REI
Tags :
Kategori :

Terkait