Bukan Utang

Sabtu 06-03-2021,10:23 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

“Saya juga belum tahu. Belum pernah ada penjelasan soal itu,” ujar Mohamad Misbakhun, anggota DPR dikomisi keuangan.

Saya sendiri masih sulit membayangkan di mana ekuiti itu akan dicatat. Apalagi sifatnya akan dinamis. Dana tersebut tentu akan masuk ke SWF tidak bersamaan. Kalau dicatat sebagai ekuiti SWF berarti komposisi ekuiti akan terus berubah.

Ataukah SWF akan membentuk banyak ”anak perusahaan?” Yang setiap kali masuk ke satu proyek, SWF membentuk badan usaha baru. Yang merupakan badan usaha patungan –antara SWF dan investor asing. Di setiap proyek, SWF setor betapa dolar dan investor asing setor berapa dolar. Lalu badan usaha patungan itu yang akan jadi pemegang saham sementara –atau permanen– di proyek yang dimasuki.

Berarti akan ada banyak anak perusahaan SWF. Yang, sesuai dengan kemampuan SWF, mayoritasnya si investor asing. Berarti anak perusahaan itu akan berstatus PMA –penanaman modal asing.

Ini akan menghadapi kendala besar. Kalau anak usaha PMA itu masuk ke salah satu BUMN yang sudah go public, berarti mayoritas saham BUMN tersebut akan menjadi di tangan asing.

Itu akan punya dampak legal yang panjang.

Tapi bisa jadi dana dari anak perusahaan PMA tadi masuk ke salah satu BUMN bukan sebagai penyertaan modal. Bisa saja masuk sebagai MTN –medium term note. Atau sebangsa itu. Dengan bunga yang menarik.

Begitu banyak jalan yang bisa diterobos di dunia bisnis. Asal uangnya ada. Uang itulah yang kita tunggu-tunggu. Ia bisa menjadi dewa penolong di tengah dunia yang lesu.

Sebelum dana asing itu benar-benar masuk, janganlah terlalu banyak pertanyaan. Jangan sampai lebih banyak pertanyaannya dari pada jumlah uangnya.

Biarlah direksi berpikir keras bagaimana mengubah komitmen itu menjadi uang. Biarlah cukup waktu memikirkan bentuk pencatatan ekuiti itu nanti.

Tapi, yang antre untuk mendapat uang itu sudah sangat panjang. Waskita Karya sudah terlihat ngebet menjual lima ruas jalan tol miliknya. Bahkan Pertamina sendiri sudah mengatakan perlu dana SWF sampai Rp 600 triliun. Agar proyek-proyek besarnya berjalan lancar.

Beranikah SWF melangkah? Sebelum dana asing itu masuk? Misalnya, beranikah SWF masuk ke jalan-jalan tol yang sudah beroperasi itu? Dengan memakai dulu uang yang sudah ada di SWF? Yang berasal dari APBN itu? Yang nilainya Rp 15 triliun itu?

Tentu akan ada orang kritis yang mempersoalkan: uang APBN itu asalnya dari dari pinjaman. Lalu untuk menolong BUMN lewat SWF.

Maka Disway hari ini sebaiknya sampai di sini dulu. Nanti terlalu banyak pertanyaan yang harus dipikir. (*)

sumber: disway.id

Tags :
Kategori :

Terkait