Jeritan Pedagang di Mahulu: Sungai Mahakam Surut, COVID-19 Masih Menyerang

Kamis 25-02-2021,00:33 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Mahulu, nomorsatukaltim.com – Sungai Mahakam semakin surut. Kondisi itu membuat transportasi angkutan barang Sembako ke Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Mahulu juga tersendat.

Armada kapal motor yang biasanya mengangkut sembako dari Kota Samarinda hanya sampai di Kem Seroja, Kampung Laham, Kecamatan Laham. Selanjutnya sembako dilansir (diangkut ulang) menggunakan kapal kelotok, speedboat, dan longboat ke Ujoh Bilang dan Long Bagun. Selanjutnya dari Long Bagun kembali sembako dilansir ke dua kecamatan diperbatasan NKRI-Malaysia, yaitu Long Pahangai dan Long Apari. “Gawat, otomatis harga sembako akan naik dua kali lipat. Karena ongkos angkut menjadi dua kali, baru sampai ke Ujoh Bilang,” ujar Amir (49) salah pedagang sembako di Ujoh Bilang kepada Nomorsatukaltim, Selasa (23/2/2021). Abdul Fatah (58), nakhoda Kapal Motor (KM) Akbar Amanda yang merupakan armada transportasi penumpang dan barang rute Mahulu-Samarinda mengakui, kondisi air Sungai Mahakam surut seperti saat ini membuat pihaknya merugi. “Barang dari Samarinda hanya sampai di Kecamatan Laham. Selanjutnya pemilik barang melansir sembako itu menggunakan kapal kecil ke Ujoh Bilang dan Long Bagun. Kami sangat merugi, dipotong lagi ongkos angkut,” ungkapnya kepada Harian ini di Long Bagun, sore kemarin. Kapal Motor Akbar Amanda biasanya rutin setiap pekan dengan muatan khusus barang (sembako) dari Kota Samarinda ke Mahulu sebanyak 100 ton. Perton biayanya Rp 350 ribu. Selama COVID-19 semata-mata mengutamakan angkutan barang. Kondisi air surut semakin rugi. “Penumpang (orang) lebih dari 80 persen tidak ada saat pergi-pulang dadri Mahulu-Samarinda dan sebaliknya.Sedangkan BBM solar diperlukan kapal motor kami sekitar 25 drum atau 5 ton,” ungkap Abdul Fatah, yang sejak 1988 menekuni menjadi nakhoda kapal motor di Sungai Mahakam. Abdul fatah menyebut, perjalanan kapal kecil mengangkut barang sembako dari Kem Seroja, Kecamaan Laham, menuju Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun waktu tempuhnya saat surut ini selama 7 jam. Kapal kecil tersebut melansir sembako dengan muatan sebanyak 10 ton saja. Biaya atau ongkos angkut 10 ton sembako dari Seroja ke Kampung Long Bagun sebesar Rp 8 juta, menggunakan kapal kelotok bermesin jenis L-300. “Kondisi biaya angkut itu membuat pedagang sembako mengeluh. Mereka harus menaikan harga barangnya saat dijual di Ujoh Bilang dan Long Bagun. Apalagi ke Long Pahangai dan Long Apari,” beber Fatah. Kondisi pandemi COVID-19 dan surutnya air Sungai Mahakam juga membuat keluhan para buruh angkut barang di Ujoh Bilang dan Long Bagun. Karena penghasilan mereka para buruh angkut pelabuhan dalam kurun setahun terakhir sudah tak menentu. “Hasil sudah tak menentu sejak COVID-19 masuk Mahulu. Begitu juga saat air Sungai Mahakam surut ini. Kalau ada barang datang ada hasil. Kalau tidak ada barang datang gigit jari,” kata Don Hanyeq (45) Kepala Buruh Angkut di Pelabuhan Kampung Long Bagun Ulu. Don Hanyeq mengaku, penghasilan merata didapat para buruh angkut pelabuhan Long Bagun Ulu dalam sehari, apabila kondisi air Sungai Mahakam normal dan sebelum masuk pandemi ke Mahulu, bisa capai Rp 200 ribu lebih. “Itu setelah dipotong akomodasi bersama anggota buruh angkut. Sekarang ini waduuh parah, karena kapal tidak sampai ke Long Bagun, barang angkutan juga kurang,” tandas Hanyeq. (imy/boy)
Tags :
Kategori :

Terkait