Para Pelaku UMKM di Balikpapan Didominasi Perempuan

Rabu 23-12-2020,20:50 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Kota Balikpapan mencatat usaha kuliner mendominasi dari jumlah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Balikpapan. Di mana dari catatan sampai 2019 terdata total sebanyak 21.400 UMKM.

Kepala Seksi Bina UMKM Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindustrian (DKUMKMP) Balikpapan, Rabiatun menjelaskan, kuliner mendominasi karena kebutuhan makanan tidak akan berhenti. Sehingga peminat pelaku usaha untuk kuliner semakin bertumbuh. “Usaha lainnya ada di sektor jasa. Seperti menjahit, kerajinan dan lainnya. Ataupun perdagangan. Saat ini untuk memiliki usaha sangat mudah, karena perizinannya juga bisa melalui kelurahan,” jelas Rabiatun, Senin (21/12). Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menyebut, sebanyak 99,99 persen pelaku UMKM tersebut 50 persennya merupakan perempuan. Sedangkan berdasarkan survei dari Bank Dunia pada 2016, lebih dari 50 persen usaha mikro dan kecil dimiliki oleh perempuan. UMKM memiliki peranan signifikan dalam ekonomi di Indonesia. Berkontribusi sebesar 60,3 persen dari total produk domestik bruto. Menurut Rabiatun, pelaku UMKM memang kebanyakan perempuan. Sedang untuk laki-laki lebih banyak berjibaku sebagai karyawan, pegawai negeri, dan BUMN. "Perbandingan antara pelaku usaha perempuan dan laki-laki adalah 60:40. Perbandingan ini diambil dari jumlah binaan DKUMKMP yang mencapai 400 pelaku UMKM," terangnya. “Mengapa perempuan? Salah satunya karena perempuan itu telaten.” Selain itu, perempuan juga tidak malu dalam berusaha. Terutama dalam hal pemasaran. Mengunjungi orang per orang, rumah per rumah, hingga kantor per kantor. Bahkan, pemasaran daring melalui media sosial. "Alasannya, hasil dari bincang-bincang, mereka ingin membantu ekonomi keluarga. Meningkatkan kesejahteraan," ujar Rabiatun saat diwawancara di sela aktivitasnya. Sementara untuk usia, pelaku UMKM didominasi usia 30 tahun hingga 60 tahun. Usia muda masih sedikit yang menjadi pelaku usaha. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurikulum pendidikan. “Pola pikirnya mereka, bekerja itu yang mentereng. Baju rapi, dapat gaji, tidak perlu susah. Kalau jadi pelaku usaha kan penuh risiko, tantangan,” sebutnya. Dia pun mencontohkan sang buah hati yang kini telah memiliki tiga karyawan. Anak perempuannya memiliki usaha penjualan baju. Seiring berjalannya waktu, kini merambah usaha loket pembayaran dan pengiriman barang. "Dia lebih besar sekarang pendapatannya dibandingkan saya yang sudah 30 tahun kerja. Waktu kerjanya juga lebih sedikit, bisa sambil momong anak," imbuh dia lagi. (fey/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait