Sudah Capek!

Senin 21-12-2020,10:13 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

SUDAH Capek. Kata terlontar dari mulut Robert Cristian Naiborhu, dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai Tanjung Redeb. Kasus COVID-19 terus naik, bikin tenaga kesehatan kewalahan. Banyak yang abai protokol kesehatan.

Meski sudah capek, dirinya harus tetap semangat demi menyelamatkan orang banyak. Apalagi, Minggu (20/12), pasien COVID bertambah lagi. 14 orang, kini total yang dirawat mencapai 148 orang. Terbagi di beberapa tempat perawatan, lantaran ruang isolasi RSUD sudah penuh. Rumah Sakit Darurat (RSD) COVID-19 pun terpaksa dibuka lagi. “Sebenarnya capek rasanya, tapi tetap harus semangat mengingat saya masih sanggup menjalani tugas,” ungkapnya kepada Disway Berau, Minggu (20/12). Menurut Robert, lonjakan kasus terkonfirmasi COVID-19 di Berau akhir-akhir ini selaras dengan perubahan prilaku manusia, khususnya masyarakat di Bumi Batiwakkal. Walaupun begitu, dirinya masih bisa menerima hal tersebut. Dia pun berpandangan bahwa masyarakat sudah stres, karena terlalu lama mengurung diri di rumah. “Semua itu ada jalannya dan ada syaratnya, masyarakat hanya harus mematuhi protokol kesehatan saja,” katanya. Lanjutnya, yang paling memprihatinkan adalah orang-orang yang sama sekali tidak percaya adanya COVID-19. Karena, orang semacam itu yang mampu mencelakai orang lain dan orang terdekatnya. “Bahkan karena orang seperti itu, keluarga saya pun terancam,” tegasnya. Banyaknya aktivitas anak muda yang selalu nongkrong di tempat keramaian pun membuatnya angkat bicara. Memang tempat nongkrong tak perlu ditutup, namun tempat nongkrong itu harus mematuhi protokol kesehatan. “Sebab, kita semua tidak akan tahu seberapa besar potensi bahaya yang ada di sana. Kita semua semakin mudah terpapar jika berada di sana,” bebernya. “Selama nongkrong gunakan masker, jaga jarak dan hindari kontak,” imbuhnya. Saat ini lebih dari 70 orang menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD dr Abdul Rivai. Tak hanya orang dewasa, bahkan ada anak-anak. Hal itu membuktikan bahwa virus ini tak mengenal usia. “Sebagian besar itu gejala sedang, beberapa gejala ringan dan berat,” ungkapnya. Saat ini, dirinya hanya dibantu oleh tiga dokter umum. Satu dokter umum sempat terkonfirmasi COVID-19. Dan sekarang sedang masa penyembuhan. Tak hanya dokter umum, dokter spesialis penyakit dalam yang dulu jadi “serep” juga hanya tersisa satu orang. Yakni, dokter Ketut Ridana. Dokter Jusram dan dokter Rizka pun sedang masa penyembuhan. “Dokter Ridana saat ini mengurus pasien penyakit dalam. Hanya dia sendirian, yang lain sedang terpapar COVID-19,” jelasnya. Dirinya pun berharap agar masyarakat mau mendengarkan keluh kesahnya. Pasalnya, jika lonjakan itu terus terjadi, dan semua dokter drop, maka akan berbahaya. “Saya berharap kerja sama seluruh masyarakat Berau. Jangan abaikan kami yang sedang bertugas, tolong patuhi protokol kesehatan,” tandasnya. Direktur RSUD dr Abdul Rivai, Nurmin Baso membenarkan, saat ini dokter yang siaga ada empat orang. Yakni, dokter spesialis paru, dan tiga dokter umum. “Insya Allah itu cukup untuk menangani pasien untuk saat ini,” ujarnya kepada Disway Berau, Jumat (18/12) lalu. Selain dokter spesialis paru dan dokter umum, dalam penanganan COVID-19, semua dokter spesialis bisa dikerahkan. Namun, hal itu tergantung kebutuhan pasien. “Kalau ada yang butuh dokter kandungan, maka dokter kandungan akan masuk ke ruang isolasi. Dilihat dari kondisi pasiennya juga. Jadi tidak melulu semua dengan dokter Robert,” jelasnya. Lanjutnya, tak menutup kemungkinan jika dokter Robert kelelahan, maka akan digantikan dengan dokter cadangan. Yakni, dokter spesialis dalam. “Semua tergantung kebutuhan dan kondisi di dalam ruang isolasi,” tegasnya. Diakuinya, setiap bulan, dokter yang bertugas akan dibuatkan Surat Keputusan (SK) untuk bertugas di ruang isolasi. Nurmin juga menyebut, tidak hanya dokter yang bekerja di ruang isolasi, melainkan dibantu dengan perawat. Sebanyak 58 perawat siaga untuk memberikan penanganan terhadap pasien di ruang isolasi RSUD dr Abdul Rivai. “Itu baru yang di RSUD, belum lagi nanti ditambah dengan yang di RS Darurat,” katanya. Di RS Darurat, nantinya akan memerlukan 24 perawat. Dan tak ada dokter yang berjaga. Jadi hanya akan merawat pasien dengan gejala ringan atau orang positif yang rumahnya tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri. “24 perawat itu akan digilir setiap pekannya. Jadi mereka tidak akan kelelahan. Kalau untuk dokter, nanti dari sini (RSUD dr Abdul Rivai, Red),” ungkapnya. Nurmin mengungkapkan, setiap pasien yang menjalani perawatan di RS Darurat, bakal melewati seleksi oleh dokter di ruang isolasi terlebih dahulu. Hal itu bermaksud untuk memetakan pasien mana yang harus mendapatkan perawatan khusus, dan mana yang masih bisa menjalani perawatan secara mandiri. “Nanti dokter yang memutuskan. Kalau gejalanya berat, jelas itu akan di rawat intensif. Kalau gejala ringan pasti dipindahkan ke RS Darurat,” tuturnya. Selain itu, untuk penggajian nakes RS Darurat akan menggunakan anggaran Belanja Tak Terduga (BTT) dan untuk insentifnya akan menggunakan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). “Untuk anggarannya sudah kami ajukan. Anggaran yang kami ajukan itu juga meliputi logistik, dan konsumsi pasien serta tenaga kesehatan yang bertugas,” pungkasny.*/fst/app
Tags :
Kategori :

Terkait