Semangat Belajar ABK Merosot

Selasa 01-12-2020,10:29 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

TANJUNG REDEB, DISWAY - Sudah 8 bulan pembelajaran jarak jauh (PJJ) diterapkan di Berau. Termasuk kepada anak berkebutuhan khusus (ABK).

Kondisi tersebut membuat semangat belajar ABK merosot. Itu diungkap Ketua Forum Peduli Anak Berkebutuhan Khusus (FPABK) Berau, Agustam. Selama ini, katanya, orangtua mengeluh lantaran pola pengasuhan ABK tidak mudah. Walau sisi positifnya, komunikasi orangtua dan guru intens. Soal pola pembelajaran ABK. “Tapi makin lama makin kendor semangatnya. Yang mengumpulkan tugas hanya 50 persen," jelasnya kepada Disway Berau, Senin (30/11). ABK, katanya, tidak bisa mengikuti pelajaran daring. Harus luring. Minimal sebulan ada kunjungan guru. Kemudian, treatment setiap ABK berbeda. Agustam mencontohkan penyandang autisme. Tingkat umur yang sama ada beberapa yang belum bisa menulis dan membaca. "Jadi bentuk tugasnya beda. Nah bagaimana pengembangan diri, itu dalam pemantauan orangtua," tandasnya. Selain itu, Agustam menyorot ABK yang belum terdeteksi di Berau. Yang seharusnya mengenyam pendidikan. Pola pengembangan awal disebutkan pada usia 6 tahun. "Masalahnya ada ABK yang masuk ke sekolah biasa karena orangtua banyak yang tidak mau mengakui anaknya berkebutuhan khusus," tandasnya. Tentang wacana pembukaan sekolah, kata Agustam, guru menginginkannya. Begitu juga sebagian orangtua ABK. Sebab pola pengajaran sangat berbeda kalau langsung dilakukan guru. Agustam juga mengharapkan pemerintahan menyediakan psikolog yang bisa menjadi medium guru, orangtua dan ABK. Untuk mengetahui mereka bisa ditempatkan di sekolah inklusi, biasa atau luar biasa. (RAP)
Tags :
Kategori :

Terkait