Investor Pasar Modal Naik Tajam

Sabtu 28-11-2020,20:55 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Mudahnya membuka rekening efek menjadi salah satu strategi jitu menarik minat investor pasar modal. Terlebih semua kini dilakukan secara online. Bahkan, selama pandemi, Bursa Efek Indonesia (BEI) semakin gencar mengedukasi lewat daring.

Ferry Cahyanti, Balikpapan Balikpapan, nomorsatukaltim.com- Jumlah investor pasar saham di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Kenaikan juga diimbangi dengan jumlah emiten yang bergabung di bursa. Sampai akhir kuartal III-2020, tercatat pertumbuhan investor pasar modal sebesar 32 persen. Yakni menjadi 3,28 juta single investor identification (SID). Sementara jumlah perusahaan yang terdaftar tercatat 708 emiten. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), ada sebanyak 44 emiten baru di 2020. Hal ini menunjukkan pandemi COVID-19, tidak menghalangi minat perusahaan dan investor untuk memasuki pasar modal. Meski diakui, wabah penyakit yang terjadi secara global, memukul kinerja sebagian besar anggota bursa. Kepala Kantor Perwakilan BEI Kalimantan Timur Dinda Ayu Amalia mengatakan, meningkatnya emiten dan investor di pasar modal menjadi salah satu indikator semakin banyak masyarakat yang memahami pasar modal. “Hal ini juga didukung perkembangan teknologi, di mana banyak informasi tentang pasar modal bisa diperoleh masyarakat,” katanya. Apalagi, selama pandemi, BEI juga terus melakukan edukasi melalui daring. Otoritas, kata Dinda Ayu, juga memperlebar target edukasi pasar modal kepada para pelajar dan mahasiswa.  Di Kaltim sendiri, sejumlah kampus telah memiliki komunitas khusus peminat pasar modal, yakni melalui Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM). Dengan merangkul lebih banyak komunitas dan menyelenggarakan kelas-kelas daring, diharapkan masyarakat semakin terbuka dengan instrumen investasi ini. Merujuk data BEI, dari sisi demand, jumlah investor yang tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) juga mengalami peningkatan yang baik di masa pandemi. Demografi investor semakin bergerak pada usia lebih muda. Data September 2020, menunjukkan usia di bawah 30 tahun bejumlah 47,57 persen. Sedangkan 31-40 tahun sebanyak 24,5 persen. Selain mengikuti kebijakan pusat, BEI di daerah juga mulai mengadakan kegiatan ataupun operasional kegiatan yang dilakukan dengan mengadopsi teknologi digital dalam pelaksanaannya. “Saat ini, karena di masa pandemi COVID-19, kami fokus memberikan edukasi secara online dengan memanfaatkan teknologi digital seperti platform media sosial sampai meeting virtual yang bisa diakses masyarakat,” imbuh Dinda Ayu, Jumat (27/11). Langkah itu dilakukan agar tetap produktif meski sulit untuk mengadakan pertemuan fisik. Dan kegiatan yang dilakukan masih dalam rangka edukasi, sosialisasi, dalam membangkitkan awareness maupun peningkatan literasi dan inklusi pasar modal. Dari sisi supply, meski pandemi Dinda kembali menambahkan, bursa mencatat adanya pertumbuhan emiten saham baru dan produk pilihan investasi yang menarik. Sedangkan dari sisi demand, jumlah investor di KSEI meningkat lebih banyak dibanding sebelum pandemi “Di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara sendiri ada 2 emiten baru, dengan jumlah pertumbuhan investor baru per Oktober 2020 sebesar 6.649,” sebut Dinda Ayu. Dengan jumlah SID Kaltim dan Kaltara sebanyak 24.550 dan total sub rekening efek (SRE) sebanyak 29.766. Dinda meyakini dengan kebiasaan baru mengadopsi teknologi digital akan semakin terbuka pemahaman berinvestasi saham di masyarakat. Secara otomatis akan mampu berkontribusi meningkatkan investor lokal dan transaksi saham meskipun di masa pandemi. "Di sisi lain, dapat juga menjadi peluang meningkatkan transaksi pasar modal tetap tumbuh sehingga mampu menjaga stabilitas pasar modal meskipun di tengah kondisi pandemi saat ini," ujarnya. Sekretaris Perusahaan PT Transkon Jaya Tbk, Alexander Syauta dalam kesempatan terpisah mengaku bersyukur perusahaannya resmi melantai di bursa. “Keputusan go public tahun ini sesuai dengan strategi direksi untuk mengembangkan perusahaan, sekaligus kebutuhan ekspansi ke berbagai daerah,” katanya. Emiten berkode TRJA itu merupakan perusahaan pertama di Balikpapan yang tercatat sebagai anggota bursa melalui Kantor Perwakilan BEI Kaltim. Tambahan modal yang diraup saat melantai dipakai perusahaan untuk memperkuat armada. TRJA merupakan perusahaan jasa penyewaan kendaraan tambang yang beroperasi di Kalimantan, Sulawesi dan berencana melebarkan sayap ke Sumatera dan Papua.

Naik 200 Persen

Direktur Utama KSEI Uriep Budi Prasetyo membeberkan peningkatan investor tiga tahun terakhir mencapai 200 persen. Kenaikan jumlah investor didominasi individu, khususnya investor individu lokal. Jumlah mereka mencapai 60 persen dari seluruh investor BEI. “Ini menjadi kabar baik bagi pasar modal Indonesia,” kata Uriep Budi Prasetyo, saat membuka seminar analisis pasar “Outlook Investasi 2021” belum lama ini. Selain itu, data yang tercatat KSEI. Berdasarkan demografi investor semakin bergerak pada usia lebih muda. Data September 2020, menunjukkan usia di bawah 30 tahun bejumlah 47,57 persen. Sedangkan 31-40 tahun sebanyak 24,5 persen. “Dari data tersebut 70 persen berada pada usia muda,” tandasnya. Menurutnya, laju pertumbuhan investor di pasar modal didorong simplikasi pembukaan rekening efek. Bahkan melalui fasilitas online yang diberikan memberikan dampak positif pada pertumbuhan. “Hal ini terlihat pada keinginan investor untuk berinvestasi pasar modal pada masa pandemi,” ujar Uriep Budi Prasetyo. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyatakan otoritas berupaya menjaga pasar modal lebih resilient. Otoritas, kata Wimboh, berupaya memperbanyak investasi, memperkuat infrastruktur digital, dan membangun optimisme pengusaha. Wimboh menjelaskan pada awal Januari 2020 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada pada level 6.335. Saat itu industri pasar sangat optimis. Kemudian tak diduga virus corona melanda sejumlah negara. "Meski masih masa pandemi COVID -19, namun perkembangan pasar modal Indonesia tahun ini tetap alami pertumbuhan," ucapnya. Salah satunya adalah porsi transaksi investor ritel di pasar modal yang mencapai 73%. Hal tersebut merupakan transaksi yang paling banyak dalam lima tahun terakhir. “Kami mengingatkan kembali, upaya extradordinary yang sudah dilakukan. Upaya memperbanyak investasi dilakukan dengan perbaikan instrumen ritel ataupun korporat." Dengan memperbanyak instrumen investasi maka pasar akan lebih variasi, " ujarnya. Fokus kedua, melalui digitalisasi. Kata Wimboh, tantangan melakukan transaksi di pasar saat ini adalah bagaimana settlement transaksi dilakukan secara elektronik. "Hal itu dilakukan agar transaksi lebih aman dan tanpa gangguan," sebutnya. Fokus ketiga memperdalam pasar modal Indonesia adalah bagaimana mendorong investasi dan membangun optimisme pengusaha. OJK juga menyoroti banyak permintaan dari investor asing terkait, instrumen derivatif lindung nilai atau hedging di pasar modal yang belum lengkap. Dengan adanya kritik tersebut pihaknya berkomitmen memfasilitasi hal tersebut. “Karena itu, kalau ada sentimen negatif di pasar modal yang dilakukan investor asing adalah sell off. Kalaupun ada hedging terutama nilai tukar, ini cukup mahal,” imbuhnya.

Tahun Depan Lebih Baik

Analis pasar modal Hans Kwee memerkirakan pasar modal Indonesia semakin cerah. Tahun depan sektor pertambangan dan properti akan diminati. Hal itu karena likuiditas global cukup tinggi dengan bank sentral AS The Fed yang mencetak USD 2 triliun dana untuk membantu ekonomi AS keluar dari pandemi. Direktur Anugerah Mega Investama itu mengungkap faktor lain. Stimulus fiskal yang kuat dari AS dan Eropa membuat hampir seluruh dunia pada posisi mendorong negara keluar dari krisis pandemi. “Indonesia juga telah menggelontorkan Rp 600 triliun lebih. Hal ini tentu akan mendorong komoditas di 2021 akan cenderung lebih positif pergerakannya,” kata Hans Kwee dalam Outlook Investasi 2021, baru-baru ini. Selain itu, pendorong sentimen akan positif adalah isu global mengarah pada green energy. Ia mencontohkan mobil listrik akan menjadi salah satu kendaraan masa depan. “Pembentukan holding Indonesia baterai akan menjadi prospek menjanjikan. Beberapa emiten yang memiliki produksi nikel dan timah juga akan terdorong positif,” sebut Hans Kwee. Potensi lain di 2021 adalah sektor properti. Pertumbuhan properti booming hanya sampai 2013. Kemudian grafiknya menurun, seiring dengan grand supercycle komoditas di 2012. “Siklus properti akan naik kembali dengan titik atasnya di 2023. Jadi sekarang adalah periode properti yang cukup low, dan menjadi pilihan yang cukup baik.” Alasan lainnya berkaca pada Tiongkok. Di mana penjualan properti kembali naik pasca pandemi. Selain itu tren bunga pinjaman juga turun, sehingga tren properti akan naik. "Rata-rata saham properti diperdagangkan dengan Net Asset Value (NAV) yang telah terdiskon sangat jauh, 50-70%. Jadi ini periode yang murah bagi sektor saham properti,” sebut Hans Kwee. Kemudian sektor keuangan juga menjadi andalan pasar modal Indonesia karena pada nanti awal siklus kenaikan pasar, sektor ini selalu membaik. (fey/eny)  
Tags :
Kategori :

Terkait