Kampanye di Gang dan Dapur Warga

Sabtu 28-11-2020,10:26 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

INILAH pesta demokrasi yang penuh dengan catatan menarik. Sebuah sejarah perjalanan memilih seorang pemimpin di daerah. Tak pernah terbayang sebelumnya, bahwa akan ada sebuah virus yang menghantui dan mengganggu aktivitas masyarakat. Begitupun aktivitas sebuah pesta demokrasi.

Sempat terbayang, bagaimana mendatangkan artis yang kontes di lapangan dengan jumlah penonton yang hadir ribuan orang. Artis penyanyi yang menjadi idola dan tren saat ini. Dan, itu menjadi salah satu ukuran, suksesnya sebuah kampanye akbar. Siapa yang mampu menghadirkan artis papan atas, akan dibanjiri jumlah pengunjung yang luar biasa. Semua menjadi terbalik. Angan-angan peserta pasangan calon dan seluruh perangkat timnya, berubah total. Termasuk konsep kampanye. Kalau dulu siapa yang banyak menghadirkan massa, dialah yang hebat.  Sekarang, terbalik. Siapa yang sedikit dialah yang mendapat acungan jempol. Jumlahnya sekarang ditentukan.  Hanya diperbolehkan sebanyak 50 hingga 100 orang. Jumlah yang ada di dalam tenda. Di luar tenda tak dibatasi, asalkan tetap mentaati protokol kesehatan. Semua yang datang wajib pakai masker. Kursi yang ditempati sedikit berjauhan. Karena itu, cara yang ditempuh oleh pasangan calon, dengan memperbanyak titik yang dijadikan lokasi kampanye. Bisa saja diteras rumah warga (yang penting dapat izin), di pinggir jalan, di lapangan maupun di gang yang sempit. Bahkan, di belakang dapur warga. Baca juga: Kampanye Sehat di Kelay dan Segah Walaupun begitu suasananya, calon wakil bupati Agus Tantomo bersama isteri dan tim suksesnya, sangat menikmati suasana itu. Justru mereka merasakan lebih menyentuh akan semua pesan-pesan yang disampaikan. Program yang diutarakan, bisa langsung menyentuh kalbu. Dengan memperbanyak titik kegiatan, toh bila dijumlah dengan kegiatan di lapangan seperti dulu, beda-beda tipis saja. Kalau di bawah tenda 50 orang dan di sekitarnya ratusan orang, bila 10 titik atau lebih, akan ada jumlah ribuan warga yang mendengar di hari yang sama. Barangkali, ini salah satu hikmah yang tersembunyi di saat pandemik COVID-19 menerpa negeri ini dan negeri lainnya.  Dengan begitu, bisa bertemu dan menyaksikan napas kehidupan warga yang sebenarnya. “Kalau saya dan Ibu (Marawiah), sudah terbiasa keluar masuk gang, jadi tidak terlalu terkejut. Bahkan bisa menikmati dengan suasana keakraban itu,” kata Agus Tantomo. *
Tags :
Kategori :

Terkait