Berpotensi Gantikan Perikanan Tangkap

Kamis 26-11-2020,17:12 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Usaha budi daya ikan air tawar sedang lesu. Padahal, sebelum pandemi, usaha ini sangat menggiurkan.

Menurut laporan Badan Ketahanan Pangan (BKP) ke Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), pada 2021 ikan per kapita penduduk dunia akan mencapai 19,6 kilogram per tahun. Meski saat ini konsumsi ikan lebih banyak dipasok oleh ikan laut. Namun, 2018 lalu, produksi ikan air tawar telah menyalip produksi perikanan tangkap. Mengapa demikian? Karena, produksi perikanan tangkap sudah mengalami penurunan akibat overfishing. Ikan di laut semakin sulit diperoleh. Bahkan, bila tidak ada perubahan model produksi, para peneliti meramalkan 2048 tak ada lagi ikan untuk ditangkap di laut. Inilah alasan mengapa budi daya ikan air tawar menggiurkan. Nur Fathurrahman, pemilik budi daya ikan Berkah Jaya Abadi menceritakan hal senada. Dirinya menyampaikan, budi daya ini sangat menjanjikan. Tetapi sekarang, pasarnya cukup sulit. Ia menuturkan, banyak pesaing usaha budi daya. Khususnya di tempatnya, yakni di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Untuk budi daya ikan air tawar, dikatakan Nur Fathurrahman dirinya melakukan secara kelompok. Yang terdiri dari 10 orang. Dengan kolam yang mereka miliki sebanyak 10 kolam tanah. Yang berada di Jalan Ahmad Yani, RT 19. Dirinya, adalah ketua dari kelompok tersebut. Jenis ikan yang dibudidayakan di tempatnya ialah ikan lele sangkuriang, patin, nila, dan mas. Namun untuk kondisi iklim, selain ikan mas, ketiga jenis ikan lainnya bisa dibilang cocok untuk dibudidaya di tempatnya. Awal pembuatan budi daya, disampaikan pria yang akrab disapa Fathur ini, tidak langsung serta-merta jadi. Namun, modal awalnya senilai Rp 5 juta, dan dilakukan secara kelompok. Untuk kendala yang dihadapi, kata Fathur, ada di pemasaran, pakan ikan yang mahal, serta penyakit yang menyebabkan ikan terkena jamur. Namun yang utama, yakni pemasaran. Terkait pakan ternaknya, kadang ada yang diberikan oleh pemerintah daerah. Kadang pula, Fathur mencari dan mengadakannya sendiri. Panen pun tergantung situasi. Untuk patin waktu panennya 9 bulan. Nila 6 bulan, dan ikan mas 3 bulan. Tetapi jika perawatan ikan bisa terjamin, waktu panen pun bisa lebih cepat. "Harganya jika sedang baik bisa senilai Rp 500 ribu/seribu ikan. Itu bisa jadi 1 kuintal. Rata-rata harga ikan biasanya Rp 18.000. Tapi kalau harga jelek, bisa cuma Rp. 200 ribu/seribu ikan," jelasnya, kepada Disway Kaltim, Senin (23/11). Keuntungan Fathur, diakui oleh dirinya menurun. Itu terjadi karena pemasaran yang dikatakan Fathur sangat berkurang ketika pandemi. Namun dia berani menjamin, usaha ini sangat menguntungkan. "Omzet yang bisa diperoleh kemarin cuma bisa balik modal aja, tapi tergantung. Jika tengkulak mengambil, dan kita memang harus cari itu, bisa lumayan. Sekali panen bisa Rp 20 juta," bebernya. Penyesuaian hewan-hewan di sekitar kolam juga harus diperhatikan, kata Fathur. Karena bisa saja ikan yang berada di kolam stres karena gangguan hewan-hewan lainnya. "Susah kalau ikan stress," keluhnya sembari tertawa kecil. Saat ini, kolam budi daya Fathur sedang kosong. Karena sebelumnya Fathur sudah melakukan panen. Untuk jumlahnya, Fathur enggan menyebutkan. Fathur mengatakan, beberapa hari ke depan dirinya akan membersihkan kolam. Untuk kelengkapan, serta menaruh beberapa bibit ikan yang baru lagi. "Mungkin jenis ikannya akan sama seperti sebelumnya, tapi untuk ikan mas, memang susah," pungkasnya mengakhiri. (nad/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait