Wisata Susur Sungai Jadi Favorit

Kamis 26-11-2020,16:31 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Pelaku sektor pariwisata Indonesia hadir di Samarinda. Menghadiri Mahakam Travel Mart (MTM) 2020 22 hingga 24 November 2020 lalu. Acara ini digelar untuk membangkitkan gairah wisata Benua Etam.

Ketua Panitia MTM 2020 II, I Gusti Bagus Putra mengatakan, sebanyak 55 buyer dan 35 seller hadir dalam acara yang dibuka di Swiss-Belhotel Samarinda ini. Buyer dan seller itu didatangkan dari berbagai kota di Indonesia. Mereka adalah pelaku usaha travel, perhotelan, dan pemilik usaha destinasi. Dalam pertemuan ini saling menawarkan jasa, produk, atau usaha yang mereka punya. Sistemnya transaksi langsung dan tidak langsung. Malam pertama, acara dibuka dengan makan malam bersama. Kemudian diselingi dengan mengobrol santai antara buyer dan seller. Musik khas Kalimantan Timur (Kaltim), Tingkilan, menjadi pertunjukkan seni malam itu. Kegiatan ini menjadi media transaksi. Para buyer antusias bertanya produk yang dijual. Kemudian saling tukar kartu nama satu sama lain. Yang diharapkan akan menjadi langkah baik oleh mereka ke depannya. "Iya tadi kita tukar-menukar kartu (nama). Saya kebetulan dari Jakarta," ucap salah satu buyer, Tina saat malam pertama acara MTM II digelar. Di hari kedua acara, para buyer dan seller yang hadir diajak mengikuti Family Trip (FamTrip) ke tiga destinasi wisata di Samarinda. Yaitu, Desa Budaya Pampang, Buddhist Center Maha Vihara Sejahtera Maitreya, dan Kapal Wisata Susur Sungai Mahakam. Saat di Desa Budaya Pampang, mereka terpukau dengan permukiman Dayak yang ada di sana. Masyarakat Apokayan dan Kenyah sebagai sub-suku Dayak, tinggal di sekitar rumah Lamin. Yang merupakan arsitektur tradisional untuk berbagai kegiatan budaya asli di sana. Rumah Adat Lamun Paming Adat Tawai, terpampang dengan megahnya. Terbuat dari kayu ulin. Seluruh dinding rumah penuh dengan lukisan serta ukiran khas Dayak. Membuat yang hadir kagum dengan arsitektur tradisional Lamin ini. Seperti yang dirasakan Cahyo, salah satu seller asal Jogjakarta. Dirinya mengaku, beberapa hal di Desa Budaya Pampang sangat menarik untuk dijadikan oleh-oleh. "Di Jogja memang ada yang seperti ini, tapi ukirannya yang saya senang. Khas banget soalnya," kata Cahyo yang sedang mengincar beberapa manik di Desa Pampang untuk dibawa pulang. Cahyo juga mengagumi keunikan penduduk desa yang terlihat masih setia mempertahankan aturan adat. Khususnya soal cara berpakaian dan aksesoris. Baik penduduk perempuan maupun penduduk pria. Mereka masih ada yang menggunakan aksesoris khas Dayak di tubuhnya. Acara FamTrip berlanjut ke Buddhist Center Maha Vihara Sejahtera Maitreya. Buddhist Center terbesar nomor 2 se-Asia Tenggara ini memukau Cahyo dan Tina serta para buyer dan seller lainnya. Dengan luas 1,3 hektare, berbagai ornamen khas Buddha terpampang. Saat memasuki wilayah tersebut, swafoto dilakukan di tangga Vihara. Kemudian penjelasan beberapa hal dilakukan oleh pengurus Vihara. "Aneka ragam agama di sini ada dan semuanya akur," kata salah seorang buyer yang juga akrab dengan Cahyo sepanjang FamTrip ini berlangsung. Walaupun singkat, namun berkesan. Karena mereka merasa menginjakkan kaki di Vihara terbesar se-Asia Tenggara cukup berarti. "Ini tempat bersejarah dan Samarinda punya lagi," kata Cahyo. Setelah itu, acara berlanjut ke susur sungai. Wisata ini menjadi nilai jual tersendiri. Suasana menikmati matahari terbenam dengan angin sepoi-sepoi. Mereka merasa takjub. Karena beberapa di antaranya tidak pernah merasakan wisata jenis ini sebelumnya. Walaupun di awal acara mereka sempat merasa ragu dengan agenda acara yang digelar pihak MTM II 2020. Yang dilakukan saat pandemi. "Susur sungai jadi favorit saya sama beberapa buyer dan seller lainnya," tandas Rara yang merupakan buyer asal Kota Balikpapan. Diakui I Gusti Bagus Putra, perayaan kali ini memang terbilang berbeda. Lantaran, masih di situasi pandemi. Akibatnya, beberapa buyer terpaksa mengurungkan niatnya. "Acara pertama (MTM I) ada 110 orang yang hadir, tapi antusiasme mereka juga tinggi," ucapnya saat ditemui di Mahakam Lampion Garden (MLG), Senin (23/11/2020) malam. Diterangkan Putra, para seller dan buyer yang hadir sangat terpukau dengan FamTrip yang disiapkan panitia. Apalagi sesi wisata susur Sungai Mahakam. Kata Putra, hal tersebut sangat menjual. Putra juga menuturkan, mereka memberikan apresiasinya akan acara ini. Kepercayaan seller dan buyer juga muncul. Ketika mereka terjun langsung dan melihat penerapan protokol kesehatan juga dilakukan secara maksimal. "Mereka percaya," katanya. Disampaikan Putra, dukungan Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda juga diberikan. Pemberhentian di MLG pun memang berasal dari hasil rembukan yang sudah diatur sebelumnya. Beberapa transaksi antara seller-buyer juga terjadi. Yakni saat susur sungai dilakukan. Walaupun tidak keseluruhan, tetapi bisa saja efek jangka panjang dari pertemuan ini bisa memiliki dampak ke depannya. "Bisa saja, seller-buyer omongannya di sini, tapi nanti transaksinya dilakukan saat mereka sudah berada di daerah masing-masing. Terus ingin berlibur ke Samarinda, langsung kerja sama, kan bisa," tutur Putra antusias. (nad/eny)

Investasi Wisata Kaltim Perlu Pemetaan yang Jelas

Dalam acara MTM II ini, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian turut hadir. Dia merasa kegiatan seperti ini memang bentuk semangat yang baik. Karena ketika pandemi, memang sektor wisata sangat terdampak. Destinasi wisata, perhotelan, restoran harus berusaha menyiapkan trik pemasaran yang jitu. Masalah ini memang harus disorot. Tak hanya itu, Hetifah melanjutkan, availability wisata khususnya di penerbangan masih belum stabil. Dan mahal. Berbanding terbalik dengan perhotelan yang sudah sangat siap menurutnya. "Destinasi di Samarinda khususnya sudah mulai dikembangkan, di sini Saja sudah mulai ada wisata river side," bebernya. Untuk investasi wisata, menurut Hetifah, pihaknya akan memikirkan lebih lanjut. Apalagi soal kepastian tata ruang. Yang diharapkan untuk tidak berubah. "Seperti perizinan, sumber daya manusia (SDM), itu harus pasti. Mapping memang perlu dilakukan," tambahnya. Kemudian, kata Hetifah, leading sector harus saling bahu-membahu. Menjadikan rute perjalanan dari destinasi satu dengan destinasi yang lain bisa lebih menarik, juga perlu dipikirkan. Hal senada disampaikan Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Samarinda, Muhammad Zulkifli. Ditemui di lokasi yang sama, ia melanjutkan, pentahelix wisata memang harus dilirik dan diperbaiki kembali. "Pemerintah, swasta, akademisi, wartawan dan komunitas. Itu semua harus bersinergi dan berkolaborasi. Masyarakat harus diedukasi, dan kami pelakunya juga harus terus belajar," terangnya. Zulkifli melanjutkan, inilah alasan agar investasi di sektor wisata bisa kembali dilirik. Penerapan protokol kesehatan juga perlu. Karena menurutnya, yang saat ini sedang dijaga ialah kepercayaan. "Bisnis mana saja, kepercayaan lah yang kami jaga. Kita minta juga kepada pemerintah, untuk terus menggaungkan bahwa destinasi wisata, khususnya di Kaltim itu aman," pungkasnya mengakhiri. (nad/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait