Debat Pilkada Bontang: Neni Tak Mau Bontang Jadi Kota Mati

Minggu 08-11-2020,08:43 WIB
Reporter : admin12_diskal
Editor : admin12_diskal

BONTANG, nomorsatukaltim.com - Bontang dikenal sebagai kota industri, gas, kondensat dan petrochemical. Namun industri ini suatu saat akan habis karena bergantung dari sumber daya alam yang tak terbarukan.

"Pascamigas Bontang tidak boleh jadi kota mati, Bontang harus jadi kota yang berkelanjutan," kata calon Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni saat debat Pilwali Bontang, 7 November. Menurut Bunda -sapaan akrabnya, Bontang tak bisa bergantung dari sumber daya alam yang tak bisa diperbaharui. Karena itu ia menekankan pentingnya industri hilir. Bagaimana pelabuhan peti kemas, sektor swasta, termasuk UMKM, ditingkatkan. Pengembangan industri hilir akan membuka investasi dan lapangan pekerjaan di  Bontang. Salah satu contoh pembangunan industri refinery (pengolahan) sawit yang sedang berjalan. Bontang akan melangkah lebih jauh dengan menghasilkan produk turunan atau akhir dari CPO, seperti minyak goreng dan bio-diesel. Apalagi melihat posisi Bontang dikelilingi beberapa kabupaten penghasil sawit terbesar di Kaltim, seperti Kutai Timur, Kutai Kartanegara, dan Berau. Hilirisasi (downstream industry) kelapa sawit berskala nasional sudah dibangun. Investor berskala internasional akan berinvestasi sebesar Rp 3 triliun dan diprediksi akan menyerap 5.000 tenaga kerja. "Saat ini saja sudah 80 persen tenaga kerja lokal yang terserap di sini. Dan 74 persen kontraktor lokal yang digunakan di mega proyek ini," kata Bunda Neni. Dari data BPS Kota Bontang, pertumbuhan ekonomi Bontang dengan migas turun, Kendati demikian pertumbuhan ekonomi tanpa migas naik dari sektor perdagangan, konstruksi, dan berbagai macam lainnya. Peningkatan perekonomian ini bisa dilihat dari PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kota Bontang tahun 2019. Industri pengolahan mengalami kenaikan 80 persen atau menjadi Rp 47 triliun. Pertumbuhan bidang konstruksi naik 6,3 persen menjadi Rp 3,7 triliun. Perdagangan naik 3 persen menjadi Rp 1,8 triliun, dan sektor lainnya naik menjadi Rp 5,8 triliun. Sebelumnya, Calon Wali Kota Bontang nomor urut satu, Basri Rase mempertanyakan konsep Bontang sebagai smart city berbasis maritim yang diusung Neni. Khususnya rencana pembangunan pelabuhan peti kemas di Loktuan. Basri bahkan menyebut, rencana itu serupa peribahasa, jauh panggang dari api. Neni menjawab, bahwa rencana pembangunan pelabuhan peti kemas sudah di jalur yang tepat. Pemkot Bontang sudah teken nota kesepahaman dengan Pelindo 4. (*/zul)
Tags :
Kategori :

Terkait