Ekonomi Amerika di Tangan Trump (1)

Kamis 05-11-2020,16:17 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Jakarta, nomorsatukaltim.com - Bagi para pendukungnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dipandang sebagai sosok yang konsisten mewujudkan janji kampanyenya: Make America Great Again

Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga. Pada pemerintahan Trump, AS berhasil mencapai hal-hal yang sulit diwujudkan presiden-presiden sebelumnya. Mungkin Trump memang sedang di arah yang tepat untuk menjadikan Amerika berjaya kembali.

Trump beberapa kali membanggakan soal rekor di bursa saham New York. Harus diakui bahwa Wall Street melaju kencang pada masa pemerintahan Trump. Indeks S&P 500 melonjak 40,67 persen sejak Trump mulai berkantor di Gedung Putih pada 20 Januari 2017.

Salah satu faktor yang membuat Wall Street dan perekonomian AS secara keseluruhan penuh gairah adalah stimulus perpajakan. Pada masa-masa awal pemerintahannya, Trump menurunkan tarif Pajak Penghasilan (PPh). Baik untuk orang pribadi maupun badan.

Hasilnya luar biasa. Investasi korporasi tumbuh pesat dan konsumsi rumah tangga meningkat tajam. Laju pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam pun melesat ke posisi terbaik sejak 2015.

Pemotongan tarif PPh membuat perusahaan menambah investasi yang otomatis menciptakan lapangan kerja. Angka pengangguran AS terus turun ke titik terendah sejak 1969.

Akan tetapi, Trump bukan tanpa cela. Kebijakannya yang kontroversial, terutama mengajak perang dagang dengan China, memakan korban: perekonomian AS sendiri.

Tujuan Trump mengenakan bea masuk terhadap produk-produk China adalah untuk mengendalikan impor dari Negeri Tirai Bambu. Pada 2016, tahun terakhir sebelum Trump menjabat, defisit perdagangan AS dengan China adalah US$ 346,82 miliar.

Dalam upaya membatasi derasnya impor yang membuat neraca perdagangan tekor, Trump mulai mengenakan bea masuk terhadap importasi senilai lebih dari US$ 500 miliar produk made in China. Namun bukannya berkurang, defisit perdagangan AS dengan China malah semakin dalam. Tahun 2018, total defisit perdagangan AS dengan China membengkak jadi US$ 419,53 miliar.

Barang dari China yang masuk ke AS kini lebih mahal karena kena bea masuk. Trump kerap membusungkan dada bahwa pemerintah AS menikmati miliaran dolar dari pembayaran bea masuk tersebut.

Namun namanya perang dagang, China tentu tidak terima dengan perlakuan Trump. Sebagai balasan, Beijing mengenakan bea masuk bagi importasi produk made in the USA senilai hampir US$ 200 miliar. Akibatnya, produk AS juga kesulitan menembus pasar China. Padahal China adalah negara tujuan ekspor ketiga terbesar.

Penurunan permintaan dari China membuat dunia usaha di AS mengendurkan pedal gas. Produksi industrial AS terus turun hingga ke minus 0,75 persen year-on-year (yoy) pada November 2019.

Perang dagang yang berlangsung selama hampir dua tahun ini membuat pengusaha di AS pesimistis. Dalam mengarungi bahtera perekonomian. Pesimisme dunia usaha tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) yang terus bergerak ke selatan.

Pada November 2019, PMI manufaktur AS versi Institute of Supply Management (ISM) berada di 48,1 PMI. Menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di bawah 50, berarti dunia usaha tidak melakukan ekspansi. PMI manufaktur AS sudah berada di bawah 50 selama empat bulan beruntun.

Gara-gara perang dagang, pertumbuhan ekonomi AS melambat. Capaian pada 2018 yang impresif akibat stimulus pajak menguap begitu saja memasuki 2019. Karena ekspor dan investasi yang nyungsep.

Apesnya, tidak cuma AS yang mengalami perlambatan ekonomi. Peran dagang AS-China berdampak buruk pada perekonomian global. Hampir seluruh negara merasakan kontraksi (pertumbuhan negatif) ekspor. Karena rantai pasok yang terganggu.

“Ketidakpastian yang tinggi, terutama terkait tensi perdagangan, menyebabkan tergerusnya keyakinan dunia usaha dan konsumen. Sehingga berdampak terhadap perlambatan ekonomi. Perdagangan dunia melambat dengan tajam dan permintaan di berbagai negara bergerak turun. Restriksi dagang yang dimulai tahun lalu menyeret pertumbuhan ekonomi ke bawah. Juga investasi dan standar hidup, terutama bagi rumah tangga berpendapatan rendah,” sebut laporan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).

KLAIM TRUMP

Trump mengklaim selama memimpin sejak Januari 2017, AS berkembang di setiap tingkatan. Ekonomi, militer dan juga pembangunan. “In terms of GDP, we’re doing unbelievably,” ucap Trump.

Gross Domestic Product (GDP) atau Produk domestik bruto (PDB) AS memang meningkat pesat di bawah kepemimpinan Trump. PDB AS menunjukkan tren pertumbuhan. Pada kuartal I-2017, PDB AS tercatat 1,8 persen. Angkanya terus meningkat menjadi 3 persen pada kuartal II-2017. Selanjutnya menjadi 2,8 persen dan 2,3 persen pada masing-masing triwulan III-2017 dan triwulan IV-2017.

Tags :
Kategori :

Terkait