“Kemungkinan ada jenis Rafflesia lainnya. Sekitar perkampungan sebenarnya banyak tumbuh. Hanya saja mati terinjak. Karena tertutup daun saat masyarakat melintas,” ucapnya.
Dirinya sedikit mempelajari tentang Rafflesia. Meski hanya dasar, belum secara rinci. Siklus hidupnya sekira 6-9 bulan. Dari bonggol di batang inang hingga mekar. Paling lama mekar selama 10 hari. Aroma paling busuk tercium, hanya dua hari setelah mekar.
Kata Jumri, Rafflesia di Teluk Sumbang tumbuh pada akar-akar gantung pohon tertentu. Namun, secara spesifik, dia belum mengetahui pasti.
Kendati demikian, pihaknya belum mengetahui jenis, penyebaran, reproduksi hingga siklus hidupnya. Jumri sudah mencari buku tentang tanaman tersebut. Sampai ke Sabah, Malaysia.
Dari buku yang dipelajarinya. Mirip dengan Rafflesia arnoldii. Mulai bentuk, bercak dan tekstur kasar pada kelopak bunga. “Belum bisa kami pastikan. Kami berharap ada peneliti yang datang untuk mengungkap misteri tanaman Rafflesia di Teluk Sumbang,” ujarnya.
Ada dua akses yang dapat dipilih mencapai Kecamatan Bidukbiduk, untuk melihat bunga tersebut. Darat dan laut. Perjalanan darat cukup menguras waktu dan tenaga. Bisa tujuh hingga delapan jam. Kondisi jalan menjadi musababnya. Apalagi menggunakan kendaraan tak sesuai kondisi jalan. Meski sejumlah titik jalan telah mendapatkan perbaikan. Baik dari pemerintah maupun perusahaan di sana. Sebelum jumlah lubang jalan makin banyak, hanya membutuhkan waktu lima jam.
Untungnya banyak lokasi persinggahan yang dapat dipilih. Baik kuliner maupun wisata. Seperti di kawasan Mangkajang, Kampung Pesayan. Ada Donal. Warung makan prasmanan. Menjadi tempat persinggahan mengisi “kampung tengah”. Sembari menghilangkan penat dan lelah. Lalu melanjutkan perjalan menuju Kecamatan Talisayan.
Bagi yang mengagendakan perjalanan, dapat menginap di Kampung Talisayan. Pagi hari, dapat menyaksikan aktraksi whale shark (hiu paus). Ada juga Sungai Kiam dan Goa Rimaung. Sebelum melanjutkan perjalanan menuju Kecamatan Bidukbiduk. Dan banyak lagi wisata yang dapat disinggahi selama perjalanan.
Setibanya di Kecamatan Bidukbiduk, masih harus menempuh jarak 30 kilometer. Untuk sampai di Kampung Teluk Sumbang. Setengah jam dari Kampung Teluk Sulaiman. Dengan medan jalan cukup berat. Melintasi jalan tanah dan berbatuan. Meski sebagian jalan telah teraspal. Serta ditingkatkan menggunakan material pasir dan batu (Sirtu).
Setibanya di Kampung Teluk Sumbang. Lamin Guntur Ecolodge menjadi lokasi yang wajib dikunjungi. Mulai dari paket menginap, menyelam, snorkeling, memancing hingga wisata hutan. Paket komplit. Pemiliknya pun ramah. Namanya Ronald Lolang. Usianya 79 tahun. Dia menceritakan sedikit potensi wisata yang ada di Teluk Sumbang. Terutama Rafflesia.
Tanaman eksotik yang ditemukan 2018 lalu. Di kawasan eks HPH dari perusahaan kayu PT Deisy Timber. Yang menemukan pertama kali memang warga asli Kampung Teluk Sumbang. Suku Dayak Basap. Tui dan Berlie. Saat akan pergi berburu ke hutan. Tepat di belakang Lamin Guntur Ecolodge.
“Dari beberapa titik tumbuhnya Rafflesia, rata-rata di jalur berburu warga setempat,” katanya.
Untuk melindungi jenis bunga terbesar di dunia. Ronald berinisiatif membangun Yayasan Bunda Pinky Mariani Lolang. Bergerak di bidang lingkungan. Kawasan hutan direncanakan menjadi pusat konservasi. Karena terdapat flora dan fauna endemik, yang langka. Tentu melibatkan warga Kampung Teluk Sumbang.
“Seluruh objek wisata di pesisir, dimiliki Teluk Sumbang. Ditambah hewan dan tumbuhan yang memanjakan mata. Sehingga harus dijaga keberadaannya,” jelasnya.
Jenis Belum Diketahui
BALAI Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim, masih melakukan penelitian jenis Rafflesia yang tumbuh di hutan Kampung Teluk Sumbang, Kecamatan Bidukbiduk. Rencananya akan mendatangkan ahli tanaman langka ke Berau.