Pesan untuk Calon Pemimpin Kampung Halamanku

Jumat 14-08-2020,10:48 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

Rendy Rizaldy Putra , Komisaris DPK GMNI FPST Universitas Negeri Yogyakarta

Tanjung Redeb, Disway - Hajatan besar demokrasi Kabupaten Berau, semakin mendekati. Tahun 2020 sudah waktunya masyarakat berpesta demokrasi 5 tahunan ini. Mengantre, berpanas-panasan hingga merelakan sedikit waktu mereka mencari penghidupan hanya untuk memeriahkan hajatan besar ini.

Mereka rela melakukan ini, demi calon pemimpin yang mereka idolakan baik dari segi rupa, keramahtamahan dan bahkan jumlah followers calon pemimpin tersebut.

Barang tentu banyak yang berharap pemimpin yang mereka sunting tak hanya mengandalkan keramahtamahan dalam bersapa, tapi juga mereka mencari pemimpin yang dapat memikul dan mewujudkan harapan rakyat.

Terlepas dari itu semua, saya atau bahkan saudara-saudara yang membaca tulisan ini mempunyai sebuah keresahan. Sehingga menimbulkan suatu pertanyaan besar yang menggerogoti pikiran ketika setiap ada kontestasi di dalam perebutan kursi nomor wahid, baik itu kursi nomor wahid di tingkat nasional, bahkan sampai tingkat kabupaten/kota.

Tak peduli dari kalangan mana, dan bergelar apa di belakang nama mereka, baik pria maupun wanita, mereka berbondong-bondong mengambil formulir pendaftaran.

Visi-misi mereka untuk membangun kepercayaan pasti sudah dipersiapkan, walaupun isi dan maknanya beda-beda tipis dari calon yang lain atau bahkan hanya merubah sedikit dari visi misi yang lalu.

Tak jarang juga saya melihat wajah yang sama dengan pilbup periode kemarin. Seperti yang terjadi di pilbup Berau 2020 ini, orang-orang yang terpampang ya hanya itu-itu saja.

Lalu apa yang membuat tokoh-tokoh itu begitu ambisius, begitu menggebu-gebu untuk menjadi seorang pemimpin, bahkan sampai seperti ada yang tak rela kehilangan kursi pemimpin itu dari lingkaran keluarga atau koleganya?

Bukankah menjadi pemimpin berarti menambah tanggung jawab yang luar biasa beratnya? Apakah Dia dapat membawa perubahan yang signifikan ke arah yang lebih baik atau bahkan sebaliknya? Apakah bisa amanah atau bahkan menyalahgunakan?

Ingatlah pesan ku sebagai salah satu rakyat mu, wahai calon pemimpin ku.

“Jika kepemimpinan itu diorientasikan sebagai kepentingan belaka, maka terjadilah malapetaka. Namun jika kepemimpinan datang dari keterpanggilan merubah banyak hal maka terjadilah sesuatu yang mensejahterahkan banyak orang”.

Jadilah pemimpin yang memiliki moral serta terus menjaga idealisme di jalan yang benar, jangan sampai idealiasme dan moral terkikis hanya karena tuntutan balas budi, conflict of interest, ego atau sekadar gelap mata.

Serta jangan sampai kekuasaan yang engkau miliki menjadi tirani bagi dirimu sendiri yang akhirnya menjadikan belenggu dan buah simalakama.

Tags :
Kategori :

Terkait