Untuk mengetahui kondisi perjalanan terkini dari dalam Kota Samarinda menuju Bandara APT Pranoto, tim Disway Kaltim Selasa (11/6/2019) mencoba untuk menelusurinya mulai Jembatan Mahakam hingga bandara harapan warga itu.
Oleh: Michael Fredy Yacob
CUACA pagi terasa kurang bersahabat. Lebih dingin dari biasanya dan sedikit mendung. Tim DiswayKaltim menunggu hingga agak siang.
Waktu telah menunjukan pukul 11.09 Wita, saat media ini mulai melakukan perjalanan dari Jembatan Mahakam dengan tujuan Bandara APT Pranoto. Saat itu, matahari masih malu-malu menunjukkan dirinya. Hanya berlindung di balik tebalnya awan hitam.
Dengan menunggangi sepeda motor metik, DiswayKaltim mulai melakukan perjalanannya dari Samarinda Seberang melalui Jembatan Mahakam, selanjutnya masuk ke Jalan Untung Suropati dan Jalan Slamet Riady. Baru 20 menit perjalanan dilakukan, awan gelap yang sejak tadi menyelimuti Kota Tepian ini, mulai tidak sanggup menampung debit air.
Seolah tidak perduli dengan banjir yang sedang dialami masyarakat di kota tersebut, tetes demi tetes mulai turun dari awan hitam itu. Tak selesai disitu, kondisi lalu lintas mulai padat merayap. Laju kendaraan paling berkisar 10 - 20 Km per jam.
Perlahan tapi pasti, akhirnya, sampai juga di simpang Muara Teluk Lerong. Disway Kaltim memutuskan belok kiri mengarah ke Jalan Pangeran Antasari. Di jalan tersebut, laju sepeda motor sudah bisa bertambah hingga 40 Km per Jam. Hingga sampai di Jalan Juanda, jarum speedometer terus naik. Bisa sampai 60 Km per jam.
Hingga sampai Jalan A Wahab Syahranie, aspal jalan terlihat kering. Berarti hujan belum sampai di sini.
Kemudian simpang Sempaja yang awalnya banjir, kini telah surut. Perjalanan dilanjutkan melalui Jalan PM Noor.
Sekitar 5 menit berkendara, laju sepeda motor kembali melambat. Kembali ke 20 Km per jam. Berbagai jenis mobil berbaris rapih sepanjang kurang lebih 1 Km. Mereka antre melewati banjir. Ya sama genangan air itu juga panjangnya sama dengan antrean kendaraan tadi. 1 Km. Menurut informasi warga sekitar, kedalaman air masih sepaha orang dewasa.
Hanya mobil yang dapat melalui titik banjir tersebut. Itupun rata-rata yang berani melintas kendaraan menengah besar. Atau mobil yang tinggi pijakan kakinya. Kalau mobil jenis city car, jelas tak terlihat.
Asa satu cara agar motor dapat melalui banjir tersebut, yakni dengan menumpang truk yang disiapkan masyarakat dengan membayar Rp 30 ribu per sekali jalan menerjang banjir. Akhirnya, media ini memutuskan untuk menaiki transportasi tersebut.
Truk tersebut hanya bisa mengangkut 7 motor. Seolah keselamatan menjadi pilihan ke dua, para pemilik motor harus mengalah untuk duduk di atap mobil, ada juga yang duduk di pinggiran bak truk tersebut.
Setelah menghabiskan waktu sekira 10 menit melewati banjir, media ini kembali melanjutkan perjalanan ke Bandara APT Pranoto.
Belok kiri di penghujung Jalan PM Noor, menuju Jalan DI Panjaitan, lalu lintas terpantau ramai lancar. Pukul 13.18 Wita, media ini sampai di Bandara APT Pranoto. Aktivitas di bandara baru tersebut terlihat ramai.
Saat DiswayKaltim berinteraksi dengan salah satu petugas bandara yang berjaga mengenai dampak banjir di Samarinda dengan keberangkatan pesawat, dia mengaku hari ini (11/6/2019) belum ada pesawat yang menunda keberangkatan pesawat. Alias lancar.
Namun, sebelumnya, saat banjir besar yang terjadi beberapa waktu lalu memang mengakibatkan keterlambatan keberangkatan hingga dua jam.
“Kemarin sempat terlambat terbang. Pilot pesawat kan nginapnya di Samarinda. Jadi, itu salah satu faktor keterlambatan terbang,” katanya. (dah)