125 Jembatan Rusak, Kendala Utama Penyaluran Bantuan Korban Banjir di Aceh
Jembatan Beutong Ateuh Banggalang, salah satu jembatan yang putus diterjang banjir bandang di jalan lintas tengah Nagan Raya-Aceh Tengah di Desa Kuta Teugong, Beutong Ateuh Banggalang, Nagan Raya, Aceh.-Antara-
JAKARTA, NOMORSATUKALTIM – Kerusakan infrastruktur menjadi penghambat penyaluran bantuan kesehatan maupun logistic untuk para korban banjir bandang di Aceh.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Benjamin mengungkapkan, data terbaru yang diterima Kementerian Kesehatan, terdapat 125 jembatan rusak parah atau hancur total akibat banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah kabupaten di Aceh.
“Ada 125 jembatan yang rusak sehingga terputuslah hubungan antardesa, antarkecamatan, hampir semuanya rusak,” kata Benjamin dikutip dari Disway.id, Sabtu, 6 Desember 2025.
Kerusakan jembatan tersebut menyebabkan distribusi obat-obatan, logistik, dan tenaga kesehatan tidak dapat mencapai wilayah-wilayah terdampak.
BACA JUGA: Akses Darat Aceh Tamiang Pulih, Distribusi Bantuan untuk Korban Banjir Sumatera Dipercepat
Kondisi inilah yang mendorong sebagian warga berteriak meminta bantuan ke negara tetangga Malaysia.
“Bantuan sebenarnya tersedia. Yang menjadi masalah adalah bagaimana membawanya ke desa-desa terdampak ketika aksesnya benar-benar putus,” ujarnya.
Benjamin menyebut, satu-satunya pintu masuk bantuan skala besar adalah bandara dengan landasan 2.200 meter.
“Jadi bisa masuk Hercules, pesawat besar. Kami bisa landing dan bawa bala bantuan ke situ. Tetapi baru keluar tidak sampai 1 kilometer dari bandara, aksesnya sudah tidak bisa ditembus,” katanya.
BACA JUGA: Banjir Bandang Sumatera: 13 Jembatan di Padang Hanyut, Distribusi Pasokan Medis Gunakan Helikopter
Selain hambatan logistik, minimnya tenaga kesehatan juga memperparah penanganan darurat.
Dari 22 dokter spesialis yang seharusnya bertugas di salah satu rumah sakit di wilayah terdampak, hanya 1 orang yang bisa memberikan pelayanan.
“Dokter umum juga banyak yang tidak bisa datang karena tidak ada BBM, tidak ada air, tidak ada listrik,” ujarnya.
Benjamin menyebut kondisi tersebut sebagai “sangat mengenaskan”, dan menjadi gambaran nyata beratnya situasi yang dihadapi tim lapangan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: disway.id
